Minggu, 24 Mei 2015

asuhan keperawatan pada malabsoepsi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Sindrom malabsorbsi hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada anak dan bayi di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk setahunnya dan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai.
Penderita sindrom malabsorbsi merupakan tantangan karena susahnya menilai gejala, sangat bervariasinya tanda-tanda, luasnya diagnosis banding, dan beragamnya uji diagnostik yang tersedia. Evaluasinya memerlukan pengenalan tanda khas,penentuan diagnosis banding secara individual, pemakaian uji laboratorium yang tepat, dan pada beberapa kasus perlu manajemen empiris untuk mencapai diagnosis yang benar.
Dalam keadaan normal, makanan dicerna dan zat-zat gizinya diserap ke dalam aliran darah, terutama dari usus kecil. Malabsorbsi dapat tejadi baik karena kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
Malabsorbsi dapat menyebabkan kekurangan semua zat gizi maupun kekurangan protein, lemak, vitamin atau mineral tertentu. Gejalanya bervariasi tergantung dari kekurangan zat apa yang dialami penderita.
1.2.   TUJUAN PENULISAN
1.2.1.      Tujuan Umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem pencernaan.
1.2.2.      TUJUAN KHUSUS
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1)      Untuk mengetahui Pengertian penyakit Sindrom Malansorpsi
2)      Untuk mengetahui Etiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
3)      Untuk mengetahui Pathofisiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
4)      Untuk mengetahui Manifestasi klinis penyakit Sindrom Malansorpsi
5)      Untuk mengetahui Komplikasi penyakit Sindrom Malansorpsi
6)      Untuk mengetahui prognosis penyakit Sindrom Malansorpsi
7)      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic penyakit Sindrom Malansorpsi
8)      Untuk mengetahui penatalaksanaan Sindrom Malansorpsi
1.3.      MANFAAT PENULISAN
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca ,serta dapat memahami hal-hal yang berhubungan dengan Sindrom Malansorpsi, dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap teori-teori Sindrom Malansorpsi, serta dapat pula meningkatkan pemahaman terhadap asuhan keperawatan penyakit Sindrom Malansorpsi.





















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   PENGERTIAN
Malabsorpsi adalah kegagalan usus halus untuk menyerap makanan tertentu. Ketidakmampuan menyerap tersebut dapat hanya mengenai suatu jenis asam amino, lemak, gula, atau vitamin, atau dapat mengenai suatu asam amino, lemak, gula, atau semua vitamin yang larut lemak.
Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah. Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus. (Barbara C. Long, 1985).
2.2.   ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
a.       menerima makanan
b.      memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
c.       menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
d.      membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
e.       Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut.Di dasar mulut terdapat lidah, yangberfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan.
b. Tenggorokan
Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong- potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
c.  Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.
d.  Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
·            Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
·            Asam Klorida
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Pelepasan asam dirangsang oleh:
 saraf yang menuju ke lambung
 gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
 histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).
·            Prekursor Pepsin (Enzim Yang Memecahkan Protein).
Pepsin bertanggung jawab atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging. Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil.
e.  Usus halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
f.  Pankreas
      Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
a.          Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b.         Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. Hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:
·         Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
·         Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah
·         Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).
g.  Hati
      Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
1.      Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang
2.      Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu.
Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
h.      Kandung empedu & Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum.Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1.  Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan
2. Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya
3.  Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan
4.  Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
5.  Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
i.        Usus besar
Usus besar terdiri dari:
1.      Kolon asendens (kanan)
2.      Kolon transversum
3.      Kolon desendens (kiri)
4.      Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
j.        Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.
k.   Anus
      Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
2.3.  KLASIFIKASI
2.3.1 Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Karbohidrat dapat dibagi dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan fruktosa), Disakarida (Laktosa atau gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan Maltosa) serta Polisakarida (Glikogen,Amilum dan tepung).
2.3.2 Malabsobsi lemak
Gangguan absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak (steatore) dan malabsorbsi lemak. Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus halus bergantung pada beberapa factor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida terjadi di usus halus bagian atas dengan mempengaruhi lifase pankreas dan conjugated bile salts yang ikut membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi. Sesudah masuk kedalam usus halus terjadi re-esterifikiasi dari asam lemak hingga kemudian terbentuk kilomikron yang selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.
Malabsorbsi lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:
a. Penyebab pancreas: fibrosis kistik, insufisiensi lifase pancreas
b. Penyakit hati: hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis hepatis
c. Penyakit usus halus : penyakit seliak dan malabsorbsi usus (karna kelainan mukosa usus atau atrofi ), reseksi usus halus yang ekstensif (pada atresia volvulus, infrak masentrium ), enteritis regional, abetalipoproteinemia (karna gangguan pembentukan kilomikron), yang tidak diketahui sebabnya, dsb
d. Kelainan limfe: limfangiektasis usus, gangguan limfe karna trauma, tuberculosis, kelainan congenital
e. Neonatus kurang bulan
Anak diduga menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak sehingga lembek, tidak berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan terlihat berminyak. Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore dikatakan suatu hal yang pasti terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu diperiksa dilaboratorium.Pengobatan ditujukan pada penyebab terjadinya malabsorbsi lemak. Untuk malabsorbsi lemaknya sendiri diberikan susu MCT (medium chain triglyceride).
Pada dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor malabsorbsi adalah karena kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan tertentu, seperti terhadap lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum. Perawatan selama diare seperti diare lainnya, tetapi yang penting penjelasan kepada orang tua agar tidak memberikan makanan atau susu tertentu yang menjadi penyebab diare.
2.4.      ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, makanan dicerna dan zat-zat gizinya diserap ke dalam aliran darah, terutama dari usus kecil. Malabsorbsi dapat tejadi baik karena kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara -makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim pencernaan, bisa mempengaruhi proses pencernaan makanan. Hal ini bisa terjadi pada orang yang sebagian lambungnya sudah diangkat. Pada beberapa penyakit, tubuh menghasilkan enzim atau empedu yang jumlah atau jenisnya tidak sesuai dengan yang diperlukan untuk mencerna makanan.
Penyakit-penyakit tersebut adalah:
·         Pankreatitis kronis
·         Fibrosis kistik.
·         Reseksi  pancreas.
·         Kanker pankreas.
·         Penyumbatan saluran empedu 
Kekurangan laktase.
Asam lambung yang berlebihan atau adanya pertumbuhan bakteri abnormal di dalam usus halus, juga mempengaruhi proses pencernaan.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan cedera pada lapisan usus yang juga bisa mempengaruhi proses penyerapan makanan:
Infeksi.
·         Obat-obatan (misalnya neomycin dan alkohol)
·         Penyakit seliak
·      Penyakit Crohn.
Lapisan usus yang normal terdiri dari lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili), dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Tonjolan-tonjolan tersebut menyebabkan daerah permukaan untuk penyerapan menjadi lebih luas. Berbagai keadaan yang mempengaruhi daerah tersebut dapat mempengaruhi penyerapan. Contohnya adalah pengangkatan sebagian dari usus, yang akan menyebabkan berkurangnya daerah permukaan.
Kelainan yang menyebabkan terhalangnya aliran zat-zat ke dalam darah, juga akan menyebabkan berkurangnya penyerapan. Hal seperti ini ditemukan pada penyumbatan pembuluh getah bening oleh limfoma atau berkurangnya aliran darah ke usus.  
2.5.      PATOFISIOLOGI
Malabsorbsi diakibatkan oleh tiga hal yaitu :
1.      Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila :
1.      Enzym lipase pancreas kurang.
2.      Cairan lambung khususnya gasterin kurang.
3.      Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan ini dapat terjadi pada :
1.      Sub total gastrectomy
2.      Pankreatitis
3.      Ca. Pankreas
4.      Penyakit Lever
5.      Obstruksi saluran empedu.
2.      Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal).
Pada keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh gangguan pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi polypeptide. Mukosa usus menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa, maltosa dan sukrosa. Maltase mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau invertase memecah skrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat terjadi pula pada :
1.      Defisiensi Lactase
2.      Celiac Disease, Tropical Sprue
3.      Enteritis Alergic
4.      Small Bowel Ischemic
5.      Radiation Enteritis, Croh’s Disease
3.      Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah (Phase Transit).
Gangguan ini terjadi bila terdapat obstruksi limphatik seperti pada lymphoma dan gangguan supply darah seperti pada thrombus mesenteric superior.
2.6.      MANIFESTASI KLINIS
Beban osmotik yang dihasilkan dari ketidakmampuan usus menyerap unsur hara tertentu menyebabkan gejala yang muncul. Pada kesempatan tersebut, produk pencernaan yang dihasilkan oleh flora bakteri juga menghasilkan reaksi sekretori oleh usus.
1.      Diare
·         Diare merupakan keluhan gejala yang paling umum.
·         Diare sering berair, mencerminkan beban osmotik diterima oleh usus. 
·         Aksi bakteri memproduksi asam lemak hidroksi dari lemak tercerna juga dapat meningkatkan sekresi cairan bersih dari usus, lanjut memburuknya diare.
2.      Steatorrhea
·         Steatorrhea adalah hasil dari malabsorpsi lemak.
·         Ciri dari steatorrhea adalah bagian dari pucat, besar, dan berbau busuk tinja. 
·         Bangku seperti itu sering mengapung di atas air toilet dan sulit untuk menyiram. Juga, pasien menemukan mengambang tetesan minyak di toilet berikut buang air besar.
3.      Berat badan menurun dan kelelahan
·         Berat badan adalah umum dan dapat diucapkan; Namun, pasien mungkin mengkompensasi dengan meningkatkan konsumsi kalori mereka, masking penurunan berat badan dari malabsorpsi.
·         Kesempatan berat meningkat kerugian penyakit menyebar melibatkan usus, seperti penyakit celiac dan penyakit Whipple.
4.      Perut kembung dan distensi abdomen
·         Fermentasi bakteri zat makanan tidak diserap melepaskan produk gas, seperti hidrogen dan metana, menyebabkan perut kembung.
·         Perut kembung sering menyebabkan distensi perut tidak nyaman dan kram.
5.      Busung.
·         Hipoalbuminemia dari malabsorpsi protein kronis atau dari hilangnya protein ke dalam lumen usus menyebabkan edema perifer.
·         luas dari sistem limfatik, seperti yang terlihat di lymphangiectasia usus, dapat menyebabkan hilangnya protein. Dengan penipisan protein yang parah, ascites dapat berkembang.
6.      Anemia.
·         Tergantung pada penyebabnya, anemia akibat malabsorpsi dapat berupa mikrositik (kekurangan zat besi) atau makrositik (vitamin B-12) Anemia kekurangan zat besi sering merupakan manifestasi dari penyakit celiac.
·         Keterlibatan ileum pada penyakit Crohn atau reseksi ileum dapat menyebabkan anemia megaloblastik karena B-12 kekurangan vitamin.
7.      Gangguan perdarahan
·         Pendarahan biasanya merupakan konsekuensi dari vitamin K malabsorpsi dan hypoprothrombinemia berikutnya.
·         Ecchymosis biasanya adalah gejala manifestasi, meskipun, kadang-kadang, melena dan hematuria terjadi.
8.      Cacat metabolisme tulang.
·         Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan gangguan tulang, seperti osteopenia atau osteomalacia.
·         Nyeri tulang dan fraktur patologis dapat diamati.
·         Malabsorpsi kalsium dapat menyebabkan hiperparatiroidisme   sekunder.
9.      Manifestasi neurologis.
·         Gangguan elektrolit, seperti hipokalsemia dan hipomagnesemia, dapat menyebabkan tetani, bermanifestasi sebagai tanda Trousseau dan tanda Chvostek.
·         Vitamin malabsorpsi dapat menyebabkan motor kelemahan umum (asam pantotenat, vitamin D) atau perifer neuropati (tiamin), rasa kehilangan getaran dan posisi (cobalamin), rabun senja (vitamin A), dan kejang (biotin).

2.7    KOMPLIKASI
Komplikasi jangka panjang meliputi komplikasi nutrisi parentral:
a.        Infeksi kateter sentral
b.        Trombosis
c.        Hepatotoksisitas
d.       Batu empedu
e.        Defisiensi vitamin B12.
2.8    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Pengukuran PH.
b.      Penentuan kadar gula dalam tinja.
c.       Laktosa loading test(tes toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah diperiksa setiap ½ jam sampai 2 jam lamanya.Hasil dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
d.      Barium meal lactoce.Pasien dipuasakan,pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
e.       Biopsi usus,hasil akan menunjukkan kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai derajat dan kelainan lainnya.
2.9    PROGNOSIS
Prognosis malabsorpsi tergantung dari penyebabnya. Prognosis malabsorpsi karbohisdrat (disakarida) umumnya baik karena penyebabnya cepat, sedangkan malabsorpsi karbohidrat monosakarida sering sulit pengobatannya dan memerlukan kesabaran.
Prognosis malabsorpsi protein baik karena kebanyakan kasus bersifat sementara dan 50% penderita pulih dalam waktu 1 tahun, sedangkan sisihnya dalam waktu 2 tahun. Prognosis pasca bedah akibat sekresi ileum lebih dari 100 cm umumnya berat. Prognosis malabsorpsi kobalomin dan folat umumnya baik bila mendapat obat pemiliharaan kobalomin dan asam folat. Terapi malabsorpsi CU jelek karena penderita biasanya meninggal pada usia 3 tahun.

2.10  PENATALAKSANAAN
           Cairan dan pemantauan gizi dan penggantian adalah penting untuk setiap individu dengan sindrom malabsorpsi. Rawat inap mungkin diperlukan ketika cairan dan elektrolit ketidakseimbangan parah terjadi. Konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu dengan dukungan nutrisi dan makanan perencanaan membantu. Jika pasien mampu makan, diet dan suplemen harus menyediakan massal dan menjadi kaya karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Pasien harus didorong untuk makan beberapa kecil, sering makan sepanjang hari, menghindari cairan dan makanan yang mempromosikan diare. Intake dan output harus dipantau, bersama dengan jumlah, warna, dan konsistensi tinja.
Individu dengan sindrom malabsorpsi harus dipantau untuk dehidrasi, termasuk lidah kering, mulut dan kulit; meningkat haus; rendah, output urine terkonsentrasi; atau merasa lemah atau pusing ketika berdiri. Nadi dan tekanan darah harus dipantau, mengamati untuk tingkat peningkatan atau tidak teratur pulsa, atau hipotensi (tekanan darah rendah). Individu juga harus waspada untuk tanda-tanda gizi, vitamin, dan mineral deplesi, termasuk mual atau muntah; celah di sudut mulut; kelelahan atau kelemahan; kering, rambut pluckable; mudah memar; kesemutan di jari tangan atau kaki; dan mati rasa atau pembakaran sensasi di kaki atau kaki. Kelebihan cairan volume, sebagai akibat dari toko protein berkurang, mungkin memerlukan pembatasan asupan cairan. Dokter juga harus diberitahu setiap sesak napas.
Lain manajemen medis khusus untuk sindrom malabsorpsi tergantung pada penyebabnya. Pengobatan untuk sariawan tropis terdiri dari suplemen asam folat dan antibiotik jangka panjang. Tergantung pada tingkat keparahan gangguan, pengobatan ini dapat dilanjutkan selama enam bulan atau lebih. Penyakit Whipple juga mungkin memerlukan penggunaan jangka panjang antibiotik, seperti tetrasiklin. Manajemen dari beberapa individu dengan sindrom malabsorpsi mungkin memerlukan suntikan vitamin B12 dan suplemen zat besi oral. Dokter juga mungkin meresepkan enzim untuk menggantikan yang hilang enzim usus, atau anti-spasmodics untuk mengurangi kram perut dan diare terkait. Orang dengan fibrosis kistik dan pankreatitis kronis memerlukan suplemen pankreas. Mereka dengan intoleransi laktosa atau gluten enteropati (sariawan nontropis) harus memodifikasi diet mereka untuk menghindari makanan yang mereka tidak bisa mencerna.


2.11 WOC
Penyakit
Obat-obatan
inflamasi
Gangguan absorpsi pada karbohidrat, protein,  dan lemak
Sindrom Malabsorpsi
Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah
Gangguan fungsi pencernaan

Gangguan mukosa usus
 










BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1   PENGKAJIAN
Dilakukan secara sistematis yang berisikan informasi objektif dan subjektif yang meliputi :
1.         Identitas diri yang berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku bangsa, agama, status perkawinan, nomor mr, tanggal masuk, alasan masuk, dll.
2.         Riwayat kesehatan meliputi :
·         Riwayat Kesehatan Dahulu,
Meliputi riwayat yang pernah diderita, pengalaman riwayat di rumah sakit, penyakit lain yang pernah diderita
·         Riwayat Kesehatan Sekarang,
Meliputi alasan masuk RS, keluhan utama yang dirasakan saat ini yang mliputi sakit tenggorokan dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, rasa tidak nyaman umum, dan keletihan
·         Riwayat Kesehatan keluarga,
Meliputi adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini, riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular pada keluarga
3.     Pemeriksaan fisik :
·         Rambut dan Hygiene kepala,
 Rambut hitam,bau tidak ada, rambut tumbuh subur dan kulit kepala bersih
·         Mata,
Meliputi keadaan konjunktiva anemis, mata cekung, dll
·         Hidung,
Meliputi pemeriksaan septum hidung, sekret atau benda asing lainnya.

·         Mulut,
Meliputi pemerikasaan rongga mulut yang menandakan apakah bau mulut atau ada caries, kebersihan lidah dan tidak adanya peradangan
·         Leher,
Meliputi kelenjar getah bening dan submandibular disekitar leher terjadi
peradangan atau tidak
·         Thorax,
Meliputi bentuk thorax, jenis pernafasan, frekuensi nafas yang cepat, dan dangkal dan suara nafas
·         Abdomen,
Klien dengan biasanya yang diperiksa tidak terjadi pembesaran pada abdomen / auskultasi peristaltik usus 20 kali / l pada palpasi tidak terasa masa dan perut terasa tegang. Pada perkusi berbunyi timpani
·         Kulit,
Meliputi kebersihan kulit, dan turgor kulit yang jelek
·         Genitalia,
Meliputi kelengkapan genitalia
4.     Aktivitas Sehari – hari :
1.      Pola Eliminasi,
Pemeriksaan frekuensi BAK dan BAB.
2.      Pola Istirahat,
Kebutuhan istirahat klien terganggu karena sering kali nyeri sakit di tenggorokan
3.      Pola Nutrisi,
Kebutuhan Nutrisi terganggu karena tidak nafsu makan diakibatkan sulit menelan dan sakit di tenggorokan
4.      Personal Hygiene,
Kebersihan mulut terganggu diakibatkan sakit di tenggorokan.
3.2   DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)  Defisit Volume Cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh yang berlebih karena diare.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan pada abrorpsi nutrisi.
c)  Ansietas berkaitan dengan manifestasi dan pengobatan dari gangguan absorbsi.

3.3     INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Diagnose keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1.
Defisit Volume Cairan
Devenisi : penurunan cairan intracvasikuler, interstisial, dan / atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan serta tanpa perubahan pada natrium.
Batasan karateristik :
·         perubahan status mental
·         penurunan tekanan darah
·         penurunan tekanan nadi
·         penurunan volume nadi
·         penurunan turgor kulit
·         penurunan turgor lidah
·         penurunan haluaran urine
·         penurunan pengisisan vena
·         membrane mukosa kering
·         kulit kering
·         peningkatan hematocrit
·         peningkatan suhu tubuh
·         peningkatan frekuensi nadi
·         peningkatan konsentrasi urine
·         penurunan berat badan
·         haus
·         kelemahan
factor yang berhubungan :
·         kehilangan cairan aktif
·         kehilangan mekanisme regulasi.
NOC :
v  fluid balance
v  hydration
v  nutritional status : food and fluid intake.
Kriteria hasil :
v  mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal,  HT normal.
v  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
v  Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
NIC :
Fluid management :
-          timbang popok/pembalut jika diperlukan
-          pertahankan catatan intake dan output yang adekuat
-          monitor status hidrasi( kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
-          Monitor vital sign
-          Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
-          Kolaborasikan pemberian cairan IV
-          Monitor status nutrisi
-          Berikan caiaran IV pada suhu ruangan
-          Dorong masukan oral
-          Berikan penggantian nasigatrik sesuai output
-          Dorong keluarga untuk membantu klien makan
-          Tawarkan snek ( jus buah, buah segar)
-          Kolaborasi dengan dokter
-          Atur kemungkinan transfusi
-          Persiapan untuk transfuse
-           
Hypovalemia management:
-          Monitor status cairan termasuk intake dan output caiaran
-          Pelihara IV line
-          Monitor tingkat Hb dan hematocrit
-          Monitor tanda vital
-          Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
-          Monitor berat badan
-          Dorong pasien untuk menambah intake oral
-          Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
-          Monitor adanya tanda gagal ginjal.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Deenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karateristik :
·         Kram abdomen.
·         Nyeri abdomen
·         Menghindari makanan
·         Berat 20% atau lebih dibawah berat badan ideal.
·         Kerapuhan kapiler.
·         Diare
·         Kehilangan rangbut berlebihan.
·         Bising usus hiperaktif.
·         Kurang makan
·         Kurang informasi
·         Kurang minat pada makanan
·         Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
·         Kesalahan konsepsi.
·         Kesalahan informasi
·         Membran mukosa pucat
·         Ketidakmampuan memakan makanan
·         Tonus otot menurun.
·         Mengeluh gangguan sensasi rasa
·         Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA ( recommended dailyalowence).
·         Cepat kenyang setelah makan
·         Sariawan rongga mulut
·         Steatorea
·         Kemahan otot pengunya
·         Kelemahan otot untuk menelan .
Faktor – faktor yang berhubungan :
·         Faktor biologis
·         Faktor ekonomi
·         Tidak mampu untuk mengabsopsi nitrium.
·         Tidak mampuan untuk mencerna makanan.
·         Tidak mampu menelan makanan.
Faktor psikologis.
NOC
v  Nutritioal status :
v  Nutrional status ; food and fluid intake.
v  Nutritional status : nutrient intake
v  Weight control.
Kriteria hasil :
v  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
v  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan .
v  Mampu mengidentifikasikebutuhan nutrisi.
v  Tidak ada tanda- tanda mulnitrisi.
v  Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan.
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
NIC
Nutrition menagement .
-          Kaji adanya alergi makanan.
-          Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisiyang dibutuhkan pasien.
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan intek Fe
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
-          Berikan subtansi gula.
-          Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
-          Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
-          Anjurkan pasien bagaimana membuat catatan harian .
-          Monitor jumlah nutri dan kandungan kalori.
-          Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
-          Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition monitoring.
-          BAB pasien dalam batas normal.
-          Monitor adanya penurunan berat badan.
-          Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.
-           Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan.
-          Monitor lingkungan selama makan
-          Jadwalkan pengobatan dan tindakan tak selam jam makan.
-          Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
-          Monitor tugor kulit.
-          Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.
-          Monitor mual dan muntah.
-          Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht
-          Monitor pertumbuhan dan perkembangan
-          Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan konjungtiva
-          Monitor kalori dan intake nutrisi.
-          Catat adanya edema , hiperemik, hipotonik, papila lidah dan cavitas oral.
-          Catat bila lidah berwarna magenta,scarlet.
3.
Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kehawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya, hal ini merupakan isarat kewaspadaan akan adanya bahaya untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristi
·         Perilaku :
-          Penurunan produktivitas
-          Gerakan yang irelevan
-          Gelisah
-          Melihat sepintas
-          Insomnia
-          Kontak mata yang buruk
-          Mengspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
-          Agitasi
-          Mengintai
-          Tampak waspada
·         Affektif
-          Gelisah, distress
-          Kesedihan yang mendalam
-          Ketakutan
-          Perasaan tidak edekuat
-          Berfokus pada diri sendiri
-          Peningkatan kewaspadaan
-          Iritabilitas
-          Guguk senang berlebihan
-          Rasa nyeri yang meningkatkan ketidak berdayaan
-          Meningkatkan rasa ketidak berdayaan yang persisten
-          Bingun, menyesal
-          Ragu/tidak percaya diri
-          Kawatir
·         Fisiologis
-          Wajah tegang, tremor tangan
-          Peningkatan keringat
-          Peningkatan ketegangan
-          Gemetar, tremor
-          Suara bergetar
·         Simpatik :
-          Anoreksia
-          Eksitasi kardiofaskuler
-          Diare, mulut kering
-          Wajah merah
-          Jantung berdebar-debar
-          Peningkatan tekanan darah
-          Peningkatan denyut nadi
-          Peningkatan reflek
-          Peningkatan Frekuensi pernapasan, pupil melebar
-          Kesulitan bernapas
-          Vasokontriksi superfisiel
-          Lemah, kedutan pada otot
·         Parasimpatik
-          Nyeri abdomen
-          Penurunan tekanan darah
-          Penurunan denyut nadi
-          Diare,mual,vertigo
-          Letih,gangguan tidur
-          Kesemutan pada extremitas
-          Sering berkemih
-          Anyang-anyangan
-          Dorongan segera berkemih
·         Kognitif
-          Menyadari gejala fisiologis
-          Bloking fikiran,konfuksi
-          Penurunan lapang persepsi
-          Kesulitan berkosentrasi
-          Penurunan kemampuan untuk belajar
-          Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
-          Ketakutan terhadap konsekwensi yg tidak spesifik
-          Lupa, gangguan perhatian
-          Kwatir , melawan
-          Cendrung,menyalahkan orang lain
Faktor Yang Berhubunagn :
·         Perubahan dalam (status ekonomi,lingkungan,status kesehatan,pola interaksi,fungsi peran,status peran)
·         Pemajanan toksin
·         Terkait keluarga
·         Herediter
·         Infeksi/kontaminan interpersonal
·         Penularan penyakit interpersonal
·         Krisis maturasi,krisis situasional
·         Stress,ancaman kematian
·         Penyalahgunaan zat
·         Ancaman pada (status ekonomi,lingkungan,status kesehatan,pola interaksi,fungsi peran,status peran,konsep diri)
·         Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
·         Konflik tidak di sadari mengenai nilai yang ensensia/penting
·         Kebutuhan yang tidak dipenuhi

NOC
v  Anxiety self-control
v  Anxiety level
v  Coping
Kriteria Hasil :
v Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v Mengidentifikasi, mengungkapkan menunjukan tekhnik untuk mengontrol cemas
v Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.
NIC
Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
-         Gatanunakan pendekatan yang menenangkan
-         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
-         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
-         Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
-         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
-         Dorong keluarga untuk menemani anak
-         Lakukan back/neck rub
-         Dengarkan dengan penuh perhatian
-         Identifikasi tingakat kecemasan
-         Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
-         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsi.
-         Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
-         Berikan obat untuk mengurangi kecemasan



3.4   Implementasi
Penatalaksanaa sesuai dengan ITP dengan Intervensi yang sudah ditetapkan ( sesuai dengan literature).
3.5     Evaluasi
  Penilaian sesuai dengan kriteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.
























BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah. Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus.
Pada keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol.
4.2  Saran
1.      Seorang perawat hendaknya memberikan suatu health education kepada masyarakat agar malabsorpsi dapat terminimalisir.
2.      Masyarakat hendaknya berperilaku hidup sehat sehingga memungkinkan  penyakit-penyakit khususnya malabsorpsi bisa dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti terhadap bahaya penyakit khususnya penyakit malabsorpsi.

Bottom of Form











DAFTAR PUSTAKA :

Huda A.N, Kusuma H. AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasakanDiagnosaMedisanNANDA.MediActionPublishing.EdisiRevisiJilid 1.Jakarta.2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar