BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sindrom malabsorbsi hingga kini masih merupakan salah satu
penyakit pada anak dan bayi di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar
diantara 150-430 perseribu penduduk setahunnya dan dengan angka kematian yang masih
tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, sehingga memerlukan penatalaksanaan
yang tepat dan memadai.
Penderita sindrom malabsorbsi merupakan tantangan karena
susahnya menilai gejala, sangat bervariasinya tanda-tanda, luasnya diagnosis
banding, dan beragamnya uji diagnostik yang tersedia. Evaluasinya memerlukan
pengenalan tanda khas,penentuan diagnosis banding secara individual, pemakaian
uji laboratorium yang tepat, dan pada beberapa kasus perlu manajemen empiris
untuk mencapai diagnosis yang benar.
Dalam keadaan normal, makanan dicerna dan zat-zat gizinya
diserap ke dalam aliran darah, terutama dari usus kecil. Malabsorbsi dapat
tejadi baik karena kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan
maupun karena kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan
makanan.
Malabsorbsi dapat menyebabkan kekurangan semua zat gizi
maupun kekurangan protein, lemak, vitamin atau mineral tertentu. Gejalanya
bervariasi tergantung dari kekurangan zat apa yang dialami penderita.
1.2. TUJUAN PENULISAN
1.2.1.
Tujuan
Umum
Makalah
ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem pencernaan.
1.2.2.
TUJUAN
KHUSUS
Diharapkan setelah
membaca makalah ini mahasiswa dapat :
1) Untuk
mengetahui Pengertian penyakit Sindrom Malansorpsi
2) Untuk
mengetahui Etiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
3) Untuk
mengetahui Pathofisiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
4) Untuk
mengetahui Manifestasi klinis penyakit Sindrom Malansorpsi
5) Untuk
mengetahui Komplikasi penyakit Sindrom Malansorpsi
6) Untuk
mengetahui prognosis penyakit Sindrom Malansorpsi
7) Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostic penyakit Sindrom Malansorpsi
8) Untuk
mengetahui penatalaksanaan Sindrom Malansorpsi
1.3.
MANFAAT
PENULISAN
Diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi pembaca ,serta dapat memahami hal-hal yang berhubungan dengan
Sindrom Malansorpsi, dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap teori-teori
Sindrom Malansorpsi, serta dapat pula meningkatkan pemahaman terhadap asuhan
keperawatan penyakit Sindrom Malansorpsi.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN
Malabsorpsi adalah kegagalan usus halus untuk menyerap
makanan tertentu. Ketidakmampuan menyerap tersebut dapat hanya mengenai suatu
jenis asam amino, lemak, gula, atau vitamin, atau dapat mengenai suatu asam
amino, lemak, gula, atau semua vitamin yang larut lemak.
Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi
akibat penyerapan zat gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran
darah. Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang
diakibatkan oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus. (Barbara C.
Long, 1985).
2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus)
berfungsi sebagai berikut :
a. menerima makanan
b. memecah makanan menjadi zat-zat
gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
c. menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah
d. membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
e. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir.Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang
mengalirkan isinya ke dalam mulut.Di dasar mulut terdapat
lidah, yangberfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan.
b. Tenggorokan
Di belakang dan dibawah
mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong- potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Makanan dipotong- potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
c. Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus)
merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput
lendir.Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong
melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang
kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.
d. Lambung
Lambung merupakan organ
otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3
bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
·
Lendir
Lendir melindungi sel-sel
lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.Setiap kelainan pada lapisan
lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau karena
aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
·
Asam Klorida
Asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Pelepasan asam dirangsang
oleh:
saraf yang menuju ke
lambung
gastrin (hormon yang
dilepaskan oleh lambung)
histamin (zat yang
dilepaskan oleh lambung).
·
Prekursor Pepsin (Enzim
Yang Memecahkan Protein).
Pepsin bertanggung jawab
atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang
mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging.
Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol
dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil.
e. Usus halus
Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan
tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter
Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.
Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara
mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti
pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki
lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil
(mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan
duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap. Sisa dari usus halus,
yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.Bagian ini
terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari
lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.
Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya
melalui usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi
usus untuk melarutkan keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian
bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan
enzim-enzim pankreatik.
f.
Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang
terdiri dari 2 jaringan dasar :
a.
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b.
Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim-enzim
pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran
ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran
empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum. Enzim
yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak.Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika
telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung. Hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:
·
Insulin, yang berfungsi
menurunkan kadar gula dalam darah
·
Glukagon, yang berfungsi
menaikkan kadar gula dalam darah
·
Somatostatin, yang
berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).
g. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah
ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
1.
Bakteri dan partikel asing
lainnya yang diserap dari usus dibuang
2.
Berbagai zat gizi yang
diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh.
Hati melakukan proses
tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari
seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu.
Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu.
Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
h. Kandung
empedu & Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati
melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk
duktus hepatikus umum.Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang
berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu
umum.Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke
dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung
empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.Makanan di dalam
duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung
empedu berkontraksi.Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan
bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi
penting :
a. Membantu pencernaan dan
penyerapan lemak
b. Berperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara
spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1. Garam empedu meningkatkan kelarutan
kolesterol, lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan
2. Garam empedu merangsang
pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya
3. Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang
ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan
4. Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu
dan selanjutnya dibuang dari tubuh
5. Berbagai protein yang berperan dalam fungsi
empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali
diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam
empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam
empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam
setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar
(kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur
pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang
bersama tinja.
i.
Usus besar
Usus besar terdiri dari:
1.
Kolon asendens (kanan)
2.
Kolon transversum
3.
Kolon desendens (kiri)
4.
Kolon sigmoid (berhubungan
dengan rektum).
Apendiks (usus buntu)
merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon
asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar
menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai
rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
j.
Rektum
Rektum adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
buang air besar.
k. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap
tertutup.
2.3. KLASIFIKASI
2.3.1 Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi
karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Karbohidrat dapat dibagi
dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan fruktosa), Disakarida (Laktosa atau
gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan Maltosa) serta Polisakarida
(Glikogen,Amilum dan tepung).
2.3.2 Malabsobsi lemak
Gangguan
absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam
keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau
rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan
ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak (steatore) dan malabsorbsi lemak.
Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus halus bergantung pada beberapa
factor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida terjadi di usus
halus bagian atas dengan mempengaruhi lifase pankreas dan conjugated bile salts
yang ikut membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi.
Sesudah masuk kedalam usus halus terjadi re-esterifikiasi dari asam lemak
hingga kemudian terbentuk kilomikron yang selanjutnya diangkut melalui pembuluh
limfe.
Malabsorbsi
lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:
a. Penyebab pancreas: fibrosis kistik, insufisiensi lifase
pancreas
b. Penyakit hati: hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis
hepatis
c. Penyakit usus halus : penyakit seliak dan malabsorbsi
usus (karna kelainan mukosa usus atau atrofi ), reseksi usus halus yang
ekstensif (pada atresia volvulus, infrak masentrium ), enteritis regional,
abetalipoproteinemia (karna gangguan pembentukan kilomikron), yang tidak
diketahui sebabnya, dsb
d. Kelainan limfe: limfangiektasis usus, gangguan limfe
karna trauma, tuberculosis, kelainan congenital
e. Neonatus kurang bulan
Anak diduga menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak
sehingga lembek, tidak berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan
terlihat berminyak. Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore
dikatakan suatu hal yang pasti terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu
diperiksa dilaboratorium.Pengobatan ditujukan pada penyebab terjadinya
malabsorbsi lemak. Untuk malabsorbsi lemaknya sendiri diberikan susu MCT
(medium chain triglyceride).
Pada dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor
malabsorbsi adalah karena kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan
tertentu, seperti terhadap lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum.
Perawatan selama diare seperti diare lainnya, tetapi yang penting penjelasan
kepada orang tua agar tidak memberikan makanan atau susu tertentu yang menjadi
penyebab diare.
2.4.
ETIOLOGI
Dalam keadaan normal,
makanan dicerna dan zat-zat gizinya diserap ke dalam aliran darah, terutama
dari usus kecil. Malabsorbsi dapat tejadi baik karena kelainan yang berhubungan
langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang secara
langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan
terhalangnya pencampuran yang tepat antara -makanan dengan asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan, bisa mempengaruhi proses pencernaan makanan. Hal ini
bisa terjadi pada orang yang sebagian lambungnya sudah diangkat. Pada beberapa
penyakit, tubuh menghasilkan enzim atau empedu yang jumlah
atau jenisnya tidak sesuai dengan yang diperlukan untuk mencerna makanan.
Penyakit-penyakit tersebut adalah:
Penyakit-penyakit tersebut adalah:
·
Pankreatitis kronis
·
Fibrosis kistik.
·
Reseksi
pancreas.
·
Kanker pankreas.
·
Penyumbatan saluran empedu
Kekurangan laktase.
Asam lambung yang
berlebihan atau adanya pertumbuhan bakteri abnormal di dalam usus halus, juga mempengaruhi proses pencernaan.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan cedera pada lapisan usus yang juga bisa mempengaruhi proses penyerapan makanan:
Infeksi.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan cedera pada lapisan usus yang juga bisa mempengaruhi proses penyerapan makanan:
Infeksi.
·
Obat-obatan (misalnya neomycin dan alkohol)
·
Penyakit Crohn.
Lapisan usus yang normal terdiri dari lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili), dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Tonjolan-tonjolan tersebut menyebabkan daerah permukaan untuk penyerapan menjadi lebih luas. Berbagai keadaan yang mempengaruhi daerah tersebut dapat mempengaruhi penyerapan. Contohnya adalah pengangkatan sebagian dari usus, yang akan menyebabkan berkurangnya daerah permukaan.
Lapisan usus yang normal terdiri dari lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili), dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Tonjolan-tonjolan tersebut menyebabkan daerah permukaan untuk penyerapan menjadi lebih luas. Berbagai keadaan yang mempengaruhi daerah tersebut dapat mempengaruhi penyerapan. Contohnya adalah pengangkatan sebagian dari usus, yang akan menyebabkan berkurangnya daerah permukaan.
Kelainan yang menyebabkan terhalangnya aliran
zat-zat ke dalam darah, juga akan menyebabkan berkurangnya penyerapan. Hal
seperti ini ditemukan pada penyumbatan pembuluh getah bening oleh limfoma atau berkurangnya aliran darah ke usus.
2.5.
PATOFISIOLOGI
Malabsorbsi
diakibatkan oleh tiga hal yaitu :
1. Gangguan fungsi percernaan (phase
Intra Lumen)
Pada
keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap
oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida
glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk
asam lemak dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila :
1. Enzym lipase pancreas kurang.
2. Cairan lambung khususnya gasterin
kurang.
3. Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan
ini dapat terjadi pada :
1. Sub total gastrectomy
2. Pankreatitis
3. Ca. Pankreas
4. Penyakit Lever
5. Obstruksi saluran empedu.
2. Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase
Mukosal).
Pada
keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat diserap
oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh
gangguan pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus
menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi
polypeptide. Mukosa usus menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa,
maltosa dan sukrosa. Maltase mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau
invertase memecah skrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat
terjadi pula pada :
1. Defisiensi Lactase
2. Celiac Disease, Tropical Sprue
3. Enteritis Alergic
4. Small Bowel Ischemic
5. Radiation Enteritis, Croh’s Disease
3. Gangguan pengangkutan Nutrien ke
dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah (Phase Transit).
Gangguan ini terjadi bila terdapat obstruksi limphatik
seperti pada lymphoma dan gangguan supply darah seperti pada thrombus mesenteric
superior.
2.6.
MANIFESTASI KLINIS
Beban osmotik
yang dihasilkan dari ketidakmampuan usus menyerap unsur hara tertentu
menyebabkan gejala yang muncul. Pada kesempatan tersebut, produk pencernaan
yang dihasilkan oleh flora bakteri juga menghasilkan reaksi sekretori oleh
usus.
1. Diare
·
Diare merupakan keluhan gejala yang paling umum.
·
Diare sering berair, mencerminkan beban
osmotik diterima oleh usus.
·
Aksi bakteri memproduksi asam lemak
hidroksi dari lemak tercerna juga dapat meningkatkan sekresi cairan bersih dari
usus, lanjut memburuknya diare.
2. Steatorrhea
·
Steatorrhea adalah hasil dari malabsorpsi lemak.
·
Ciri dari steatorrhea adalah bagian dari pucat, besar, dan berbau busuk tinja.
·
Bangku seperti itu sering mengapung di
atas air toilet dan sulit untuk menyiram. Juga, pasien menemukan mengambang
tetesan minyak di toilet berikut buang air besar.
3. Berat badan menurun dan kelelahan
·
Berat badan adalah umum dan dapat
diucapkan; Namun, pasien mungkin mengkompensasi dengan meningkatkan konsumsi
kalori mereka, masking penurunan berat badan dari malabsorpsi.
·
Kesempatan berat meningkat kerugian
penyakit menyebar melibatkan usus, seperti penyakit celiac dan penyakit
Whipple.
4. Perut kembung
dan distensi abdomen
·
Fermentasi bakteri zat makanan tidak
diserap melepaskan produk gas, seperti hidrogen dan metana, menyebabkan perut
kembung.
·
Perut kembung sering menyebabkan
distensi perut tidak nyaman dan kram.
5. Busung.
·
Hipoalbuminemia dari malabsorpsi
protein kronis atau dari hilangnya protein ke dalam lumen usus menyebabkan
edema perifer.
·
luas dari sistem limfatik, seperti yang
terlihat di lymphangiectasia usus, dapat menyebabkan hilangnya protein. Dengan
penipisan protein yang parah, ascites dapat berkembang.
6. Anemia.
·
Tergantung pada penyebabnya, anemia
akibat malabsorpsi dapat berupa mikrositik (kekurangan zat besi) atau
makrositik (vitamin B-12) Anemia
kekurangan zat besi sering merupakan manifestasi dari penyakit celiac.
·
Keterlibatan ileum pada penyakit Crohn
atau reseksi ileum dapat menyebabkan anemia megaloblastik karena B-12
kekurangan vitamin.
7. Gangguan perdarahan
·
Pendarahan biasanya merupakan
konsekuensi dari vitamin K malabsorpsi dan hypoprothrombinemia berikutnya.
·
Ecchymosis biasanya adalah gejala
manifestasi, meskipun, kadang-kadang, melena dan hematuria terjadi.
8. Cacat metabolisme tulang.
·
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan
gangguan tulang, seperti osteopenia atau osteomalacia.
·
Nyeri tulang dan fraktur patologis
dapat diamati.
·
Malabsorpsi kalsium dapat menyebabkan
hiperparatiroidisme sekunder.
9. Manifestasi
neurologis.
·
Gangguan elektrolit, seperti
hipokalsemia dan hipomagnesemia, dapat menyebabkan tetani, bermanifestasi
sebagai tanda Trousseau dan tanda Chvostek.
·
Vitamin malabsorpsi dapat menyebabkan
motor kelemahan umum (asam pantotenat, vitamin D) atau perifer neuropati
(tiamin), rasa kehilangan getaran dan posisi (cobalamin), rabun senja (vitamin
A), dan kejang (biotin).
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi
jangka panjang meliputi komplikasi nutrisi parentral:
a.
Infeksi
kateter sentral
b.
Trombosis
c.
Hepatotoksisitas
d. Batu empedu
e.
Defisiensi
vitamin B12.
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pengukuran PH.
b. Penentuan kadar gula dalam tinja.
c. Laktosa loading test(tes
toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya kemudian diberi
laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah diperiksa setiap ½ jam sampai 2 jam lamanya.Hasil
dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
d. Barium meal lactoce.Pasien
dipuasakan,pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
e. Biopsi usus,hasil akan menunjukkan
kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai derajat dan kelainan lainnya.
2.9 PROGNOSIS
Prognosis malabsorpsi
tergantung dari penyebabnya. Prognosis malabsorpsi karbohisdrat (disakarida)
umumnya baik karena penyebabnya cepat, sedangkan malabsorpsi karbohidrat
monosakarida sering sulit pengobatannya dan memerlukan kesabaran.
Prognosis
malabsorpsi protein baik karena kebanyakan kasus bersifat sementara dan 50%
penderita pulih dalam waktu 1 tahun, sedangkan sisihnya dalam waktu 2 tahun.
Prognosis pasca bedah akibat sekresi ileum lebih dari 100 cm umumnya berat.
Prognosis malabsorpsi kobalomin dan folat umumnya baik bila mendapat obat
pemiliharaan kobalomin dan asam folat. Terapi malabsorpsi CU jelek karena
penderita biasanya meninggal pada usia 3 tahun.
2.10 PENATALAKSANAAN
Cairan dan pemantauan gizi dan penggantian adalah penting untuk setiap individu dengan sindrom malabsorpsi. Rawat inap mungkin diperlukan ketika cairan dan elektrolit ketidakseimbangan parah terjadi. Konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu dengan dukungan nutrisi dan makanan perencanaan membantu. Jika pasien mampu makan, diet dan suplemen harus menyediakan massal dan menjadi kaya karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Pasien harus didorong untuk makan beberapa kecil, sering makan sepanjang hari, menghindari cairan dan makanan yang mempromosikan diare. Intake dan output harus dipantau, bersama dengan jumlah, warna, dan konsistensi tinja.
Cairan dan pemantauan gizi dan penggantian adalah penting untuk setiap individu dengan sindrom malabsorpsi. Rawat inap mungkin diperlukan ketika cairan dan elektrolit ketidakseimbangan parah terjadi. Konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu dengan dukungan nutrisi dan makanan perencanaan membantu. Jika pasien mampu makan, diet dan suplemen harus menyediakan massal dan menjadi kaya karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Pasien harus didorong untuk makan beberapa kecil, sering makan sepanjang hari, menghindari cairan dan makanan yang mempromosikan diare. Intake dan output harus dipantau, bersama dengan jumlah, warna, dan konsistensi tinja.
Individu dengan
sindrom malabsorpsi harus dipantau untuk dehidrasi, termasuk lidah kering,
mulut dan kulit; meningkat haus; rendah, output urine terkonsentrasi; atau
merasa lemah atau pusing ketika berdiri. Nadi dan tekanan darah harus dipantau,
mengamati untuk tingkat peningkatan atau tidak teratur pulsa, atau hipotensi
(tekanan darah rendah). Individu juga harus waspada untuk tanda-tanda gizi,
vitamin, dan mineral deplesi, termasuk mual atau muntah; celah di sudut mulut;
kelelahan atau kelemahan; kering, rambut pluckable; mudah memar; kesemutan di
jari tangan atau kaki; dan mati rasa atau pembakaran sensasi di kaki atau kaki.
Kelebihan cairan volume, sebagai akibat dari toko protein berkurang, mungkin
memerlukan pembatasan asupan cairan. Dokter juga harus diberitahu setiap sesak
napas.
Lain manajemen
medis khusus untuk sindrom malabsorpsi tergantung pada penyebabnya. Pengobatan
untuk sariawan tropis terdiri dari suplemen asam folat dan antibiotik jangka
panjang. Tergantung pada tingkat keparahan gangguan, pengobatan ini dapat
dilanjutkan selama enam bulan atau lebih. Penyakit Whipple juga mungkin
memerlukan penggunaan jangka panjang antibiotik, seperti tetrasiklin. Manajemen
dari beberapa individu dengan sindrom malabsorpsi mungkin memerlukan suntikan
vitamin B12 dan suplemen zat besi oral. Dokter juga mungkin meresepkan enzim
untuk menggantikan yang hilang enzim usus, atau anti-spasmodics untuk
mengurangi kram perut dan diare terkait. Orang dengan fibrosis kistik dan
pankreatitis kronis memerlukan suplemen pankreas. Mereka dengan intoleransi
laktosa atau gluten enteropati (sariawan nontropis) harus memodifikasi diet
mereka untuk menghindari makanan yang mereka tidak bisa mencerna.
2.11
WOC
Penyakit
Obat-obatan
inflamasi
|
Gangguan
absorpsi pada karbohidrat, protein,
dan lemak
|
Sindrom
Malabsorpsi
|
Gangguan pengangkutan Nutrien
ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah
|
Gangguan
fungsi pencernaan
|
Gangguan
mukosa usus
|
BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
PENGKAJIAN
Dilakukan secara sistematis yang
berisikan informasi objektif dan subjektif yang meliputi :
1.
Identitas diri yang berisikan nama,
umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
nomor mr, tanggal masuk, alasan masuk, dll.
2.
Riwayat kesehatan meliputi :
·
Riwayat Kesehatan Dahulu,
Meliputi riwayat yang pernah diderita,
pengalaman riwayat di rumah sakit, penyakit lain yang pernah diderita
·
Riwayat Kesehatan Sekarang,
Meliputi alasan masuk RS, keluhan utama
yang dirasakan saat ini yang mliputi sakit tenggorokan dan nyeri sekitar mata
dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam,
hidung tersumbat, rasa tidak nyaman umum, dan keletihan
·
Riwayat Kesehatan keluarga,
Meliputi adanya riwayat keluarga yang
pernah mengalami hal seperti ini, riwayat penyakit keturunan dan penyakit
menular pada keluarga
3.
Pemeriksaan fisik :
·
Rambut dan Hygiene kepala,
Rambut hitam,bau tidak
ada, rambut tumbuh subur dan kulit kepala bersih
·
Mata,
Meliputi keadaan konjunktiva anemis,
mata cekung, dll
·
Hidung,
Meliputi pemeriksaan septum hidung, sekret atau benda
asing lainnya.
·
Mulut,
Meliputi pemerikasaan rongga mulut yang
menandakan apakah bau mulut atau ada caries, kebersihan lidah dan tidak adanya
peradangan
·
Leher,
Meliputi kelenjar getah bening dan submandibular
disekitar leher terjadi
peradangan atau tidak
·
Thorax,
Meliputi bentuk thorax, jenis
pernafasan, frekuensi nafas yang cepat, dan dangkal dan suara nafas
·
Abdomen,
Klien dengan
biasanya yang diperiksa tidak terjadi pembesaran pada abdomen / auskultasi
peristaltik usus 20 kali / l pada palpasi tidak terasa masa dan perut terasa
tegang. Pada perkusi berbunyi timpani
·
Kulit,
Meliputi kebersihan kulit, dan turgor
kulit yang jelek
·
Genitalia,
Meliputi kelengkapan genitalia
4.
Aktivitas Sehari – hari :
1. Pola Eliminasi,
Pemeriksaan frekuensi BAK dan BAB.
2.
Pola Istirahat,
Kebutuhan
istirahat klien terganggu karena sering kali nyeri sakit di tenggorokan
3.
Pola Nutrisi,
Kebutuhan
Nutrisi terganggu karena tidak nafsu makan diakibatkan sulit menelan dan sakit
di tenggorokan
4. Personal
Hygiene,
Kebersihan mulut terganggu diakibatkan sakit di
tenggorokan.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)
Defisit Volume
Cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh yang berlebih karena diare.
b)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan pada
abrorpsi nutrisi.
c)
Ansietas berkaitan dengan manifestasi
dan pengobatan dari gangguan absorbsi.
3.3
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Defisit Volume Cairan
Devenisi : penurunan cairan intracvasikuler,
interstisial, dan / atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan serta tanpa perubahan pada natrium.
Batasan
karateristik :
·
perubahan
status mental
·
penurunan
tekanan darah
·
penurunan
tekanan nadi
·
penurunan
volume nadi
·
penurunan
turgor kulit
·
penurunan
turgor lidah
·
penurunan
haluaran urine
·
penurunan
pengisisan vena
·
membrane
mukosa kering
·
kulit
kering
·
peningkatan
hematocrit
·
peningkatan
suhu tubuh
·
peningkatan
frekuensi nadi
·
peningkatan
konsentrasi urine
·
penurunan
berat badan
·
haus
·
kelemahan
factor yang berhubungan :
·
kehilangan
cairan aktif
·
kehilangan
mekanisme regulasi.
|
NOC :
v fluid balance
v hydration
v nutritional status : food and
fluid intake.
Kriteria hasil :
v mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ, urine normal,
HT normal.
v Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal.
v Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
|
NIC :
Fluid management :
-
timbang
popok/pembalut jika diperlukan
-
pertahankan
catatan intake dan output yang adekuat
-
monitor
status hidrasi( kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan.
-
Monitor
vital sign
-
Monitor
masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
-
Kolaborasikan
pemberian cairan IV
-
Monitor
status nutrisi
-
Berikan
caiaran IV pada suhu ruangan
-
Dorong
masukan oral
-
Berikan
penggantian nasigatrik sesuai output
-
Dorong
keluarga untuk membantu klien makan
-
Tawarkan
snek ( jus buah, buah segar)
-
Kolaborasi
dengan dokter
-
Atur
kemungkinan transfusi
-
Persiapan
untuk transfuse
-
Hypovalemia management:
-
Monitor
status cairan termasuk intake dan output caiaran
-
Pelihara
IV line
-
Monitor
tingkat Hb dan hematocrit
-
Monitor
tanda vital
-
Monitor
respon pasien terhadap penambahan cairan
-
Monitor
berat badan
-
Dorong
pasien untuk menambah intake oral
-
Pemberian
cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
-
Monitor
adanya tanda gagal ginjal.
|
2.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Deenisi : asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan
karateristik :
·
Kram abdomen.
·
Nyeri abdomen
·
Menghindari makanan
·
Berat 20% atau lebih dibawah
berat badan ideal.
·
Kerapuhan kapiler.
·
Diare
·
Kehilangan rangbut berlebihan.
·
Bising usus hiperaktif.
·
Kurang makan
·
Kurang informasi
·
Kurang minat pada makanan
·
Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat.
·
Kesalahan konsepsi.
·
Kesalahan informasi
·
Membran mukosa pucat
·
Ketidakmampuan memakan makanan
·
Tonus otot menurun.
·
Mengeluh gangguan sensasi rasa
·
Mengeluh asupan makanan kurang
dari RDA ( recommended dailyalowence).
·
Cepat kenyang setelah makan
·
Sariawan rongga mulut
·
Steatorea
·
Kemahan otot pengunya
·
Kelemahan otot untuk menelan .
Faktor
– faktor yang berhubungan :
·
Faktor biologis
·
Faktor ekonomi
·
Tidak mampu untuk mengabsopsi
nitrium.
·
Tidak mampuan untuk mencerna
makanan.
·
Tidak mampu menelan makanan.
Faktor
psikologis.
|
NOC
v Nutritioal
status :
v Nutrional
status ; food and fluid intake.
v Nutritional
status : nutrient intake
v Weight
control.
Kriteria
hasil :
v Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
v Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan .
v Mampu
mengidentifikasikebutuhan nutrisi.
v Tidak
ada tanda- tanda mulnitrisi.
v Menunjukan
peningkatan fungsi pengecapan dan menelan.
Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti.
|
NIC
Nutrition
menagement .
-
Kaji adanya alergi makanan.
-
Kalaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisiyang dibutuhkan pasien.
-
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intek Fe
-
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C.
-
Berikan subtansi gula.
-
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
-
Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
-
Anjurkan pasien bagaimana membuat
catatan harian .
-
Monitor jumlah nutri dan
kandungan kalori.
-
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
-
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition
monitoring.
-
BAB pasien dalam batas normal.
-
Monitor adanya penurunan berat
badan.
-
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan.
-
Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan.
-
Monitor lingkungan selama makan
-
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tak selam jam makan.
-
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi.
-
Monitor tugor kulit.
-
Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah.
-
Monitor mual dan muntah.
-
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
-
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
-
Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan konjungtiva
-
Monitor kalori dan intake
nutrisi.
-
Catat adanya edema , hiperemik,
hipotonik, papila lidah dan cavitas oral.
-
Catat bila lidah berwarna
magenta,scarlet.
|
3.
|
Ansietas
Definisi
: Perasaan tidak nyaman atau kehawatiran yang samar disertai respon autonom
(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya, hal ini
merupakan isarat kewaspadaan akan adanya bahaya untuk bertindak menghadapi
ancaman.
Batasan Karakteristi
·
Perilaku :
-
Penurunan produktivitas
-
Gerakan yang irelevan
-
Gelisah
-
Melihat sepintas
-
Insomnia
-
Kontak mata yang buruk
-
Mengspresikan kekawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup
-
Agitasi
-
Mengintai
-
Tampak waspada
·
Affektif
-
Gelisah, distress
-
Kesedihan yang mendalam
-
Ketakutan
-
Perasaan tidak edekuat
-
Berfokus pada diri sendiri
-
Peningkatan kewaspadaan
-
Iritabilitas
-
Guguk senang berlebihan
-
Rasa nyeri yang meningkatkan
ketidak berdayaan
-
Meningkatkan rasa ketidak
berdayaan yang persisten
-
Bingun, menyesal
-
Ragu/tidak percaya diri
-
Kawatir
·
Fisiologis
-
Wajah tegang, tremor tangan
-
Peningkatan keringat
-
Peningkatan ketegangan
-
Gemetar, tremor
-
Suara bergetar
·
Simpatik :
-
Anoreksia
-
Eksitasi kardiofaskuler
-
Diare, mulut kering
-
Wajah merah
-
Jantung berdebar-debar
-
Peningkatan tekanan darah
-
Peningkatan denyut nadi
-
Peningkatan reflek
-
Peningkatan Frekuensi pernapasan,
pupil melebar
-
Kesulitan bernapas
-
Vasokontriksi superfisiel
-
Lemah, kedutan pada otot
·
Parasimpatik
-
Nyeri abdomen
-
Penurunan tekanan darah
-
Penurunan denyut nadi
-
Diare,mual,vertigo
-
Letih,gangguan tidur
-
Kesemutan pada extremitas
-
Sering berkemih
-
Anyang-anyangan
-
Dorongan segera berkemih
·
Kognitif
-
Menyadari gejala fisiologis
-
Bloking fikiran,konfuksi
-
Penurunan lapang persepsi
-
Kesulitan berkosentrasi
-
Penurunan kemampuan untuk belajar
-
Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
-
Ketakutan terhadap konsekwensi yg
tidak spesifik
-
Lupa, gangguan perhatian
-
Kwatir , melawan
-
Cendrung,menyalahkan orang lain
Faktor Yang
Berhubunagn :
·
Perubahan dalam (status
ekonomi,lingkungan,status kesehatan,pola interaksi,fungsi peran,status peran)
·
Pemajanan toksin
·
Terkait keluarga
·
Herediter
·
Infeksi/kontaminan interpersonal
·
Penularan penyakit interpersonal
·
Krisis maturasi,krisis
situasional
·
Stress,ancaman kematian
·
Penyalahgunaan zat
·
Ancaman pada (status
ekonomi,lingkungan,status kesehatan,pola interaksi,fungsi peran,status
peran,konsep diri)
·
Konflik tidak disadari mengenai
tujuan penting hidup
·
Konflik tidak di sadari mengenai
nilai yang ensensia/penting
·
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
|
NOC
v Anxiety
self-control
v Anxiety
level
v Coping
Kriteria Hasil :
v Klien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v Mengidentifikasi,
mengungkapkan menunjukan tekhnik untuk mengontrol cemas
v Vital
sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.
|
NIC
Anxiety
reduction (penurunan kecemasan)
-
Gatanunakan pendekatan yang
menenangkan
-
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
-
Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
-
Pahami perspektif pasien terhadap
situasi stress
-
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
-
Dorong keluarga untuk menemani
anak
-
Lakukan back/neck rub
-
Dengarkan dengan penuh perhatian
-
Identifikasi tingakat kecemasan
-
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
-
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,persepsi.
-
Intruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
-
Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
|
3.4 Implementasi
Penatalaksanaa sesuai dengan ITP dengan
Intervensi yang sudah ditetapkan ( sesuai dengan literature).
3.5
Evaluasi
Penilaian sesuai dengan kriteria standart
yang telah ditetapkan dengan perencanaan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindroma
Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi
yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah. Sindroma Malabsorbsi
adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan oleh absorbsi lemak non
adekuat didalam usus halus.
Pada
keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap
oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida
glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk
asam lemak dan gliserol.
4.2 Saran
1.
Seorang
perawat hendaknya memberikan suatu health education kepada masyarakat agar
malabsorpsi dapat terminimalisir.
2.
Masyarakat
hendaknya berperilaku hidup sehat sehingga memungkinkan penyakit-penyakit
khususnya malabsorpsi bisa dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti
terhadap bahaya penyakit khususnya penyakit malabsorpsi.
DAFTAR PUSTAKA :
Huda A.N, Kusuma H. AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasakanDiagnosaMedisanNANDA.MediActionPublishing.EdisiRevisiJilid
1.Jakarta.2013.
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/malabsorption+syndrome / 7,644,247,404
visitors served
http://emedicine.medscape.com/article/180785-clinical
/ Updated: Dec 16, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar