BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Irritabel bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan fungsional
saluran cerna yang sering terjadi yang ditandai dengan nyeri perut, rasa tidak
nyaman diperut dan perubahan pola buang air besar (BAB). Sebagai gejala
tambahan pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala khas lain meliputi
perut kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi atau strining dan
perasaan evakuasi kotoran tidak lengkap Irritabel bowel syndrome merupakan
penyakit yang sangat sering ditemukan. Perkiraan yang tepat prevalensi IBS
sangat sulit, karena hampir 70% dari orang dengan gejala IBS tidak mendatangi
tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian lain oleh Hungin di 8
negara eropa mendapakan prevalensi IBS sebesar 11,5% (6,2-12%). Sedangkan dari
penelitian epidemiologi di Birmingham pada 8386 pasien, didapatkan prevalensi
IBS 10,9% (6,6% laki-laki dan 14% perempuan), dengan profil gejala yang
ditandai dengan diare 25,4%, konstipasi 24,1% dan gejala bergantian diare dan
konstipasi 46,7%. Irritabel bowel syndrome pada umumnya dianggap sebagai
penyakitnya wanita, berdasarkan temuan pada sampel dimana wanita 3-4 kali lebih
sering dari laki-laki pada seting klinis, dan diperkirakan 2:1 pada komunitas
masyarakat.Alasan kenapa wanita lebih sering mengalami IBS belum diketahui.
Jika seseorang mengalami gejala –
gejala seperti konstipasi, diare dan lain – lain yang mengindikasikan kepada
penyakit IBS, maka sebaiknya orang tersebut langsung memeriksakannya ke rumah
sakit atau ke pelayanan kesehatan. Karena apabila terlambat, penyakit IBS ini
akan memberikan rasa tidak nyaman yang terus menerusn dan menyebabkan gangguan
yang lebih parah pada saluran pencernaan kita.
\Oleh karena itu penting sekali
memeriksakan penyekit ini secepat mungkin ketika kita menemukan gejala – gejala
yang mengindikasikan pada penyakit IBS. Proses keperawatan juga tidak kalah
penting untuk menunjang proses penyembuhan. Oleh karena itu kita perlu mengulas
lebih dalam tentang penyakit ini. Supaya dapat membantu proses penyembuhan dan
memberikan rasa nyaman dan aman terhadap klien.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.2.1 Bagaimana konsep irritable bowel syndrome?
1.2.2 Bagaimana konsep proses keperawatan pada klien dengan gangguan
irritable bowel syndrome
1.3 TUJUAN
1.3.1
Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan irritable bowel syndrome.
1.3.2
Tujuan khusus
1.
Menjelaskan
definisi dari irritable bowel syndrome
2.
Menjelaskan
klasifikasi dari irritable bowel syndrome
3.
Menjelaskan
etiologi dari irritable bowel syndrome
4.
Menjelaskan
manifestasi klinis pada irritable bowel syndrome
5.
Menjelaskan
klasifikasi dari irritable bowel syndrome
6.
Mengidentifikasi
patofisiologi dari irritable bowel syndrome
7.
Menjelaskan
pemeriksaan penunjang dari irritable bowel syndrome
8.
Menjelaskan
penatalaksanaan dari irritable bowel syndrome
9.
Menjelaskan
proses keperawatan pada klien irritable bowel syndrome
10.
Menjelaskan
WOC dari irritable bowel syndrome
1.4 MANFAAT
1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien
dengan gangguan irritable bowel syndrome sehingga menunjang pembelajaran mata
kuliah keperawatan pencernaan.
1.4.2 Mahasiswa
mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktik di rumah sakit.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan
kondisi dimana motilitas usus halus dan usus besar tidak lazim sehingga timbul
gejala tidak enak atau rasa sakit pada perut. Kelainan motilitas yang terjadi
terutama mengenai usus besar, tetapi juga melibatkan keseluruhan traktus GI
(Holdstock & Wright, 1991).
Irrtable Bowel Syndrome
(IBS) adalah : istilah yang digunakan untuk menggambarkan kolitis ulseratif dan
penyakit Crohn, ditandai oleh peradangan kronis usus. Pada kolitis ulseratif,
mukosaa, submukosa, usus terpengaruh; sedangkan pada penyakit Crohn, seluruh
saluran pencernaan terlibat. Penyakit Crohn biasanya lebih parah dan tidak
berespon dengan baik terhadap pengobatan, hal ini lebih cenderung terjadi pada
anak-anak usia sekolah dan remaja disbanding pada bayi atau anak. (Holdstock
& Wright, 1991).
2.2
ETIOLOGI
Berbagai penyebab dari IBS adalah
sebagai berikut :
2.2.1
Sensitif inheren.
Gejala-gejala
sering dapat ditelusuri dari masa anak-anak, selain itu sering ditemukan adanya
riwayat penyakit dalam keluarga.
2.2.2 Diet.
IBS
merupakan kelainan utama dalam masyarakat Barat dan jarang dihadapi oleh Negara
dunia ketiga, defisiensi serat dalam diet berperan. Adanya beban karbohidrat
yang berlebihan dapat melebihi kapasitas absorbsi dan penghasilan produk
fermentasi dalam kolon, mungkin berperan dalam menimbulkan gejala-gejala IBS.
Selain itu aktifitas lactase yang menurun dapat pula berpern pada sejumlah
kecil penderita IBS dari defisiensi lactase.
2.2.2
Emosional (psikogenik).
Berbagai
peneliti telah menemukan pentingnya faktor sters (psikologik) dalam etiologi
dari IBS, akan tetapi tidak ada pola yang jelas pada penderita-penderita ini
untuk membedakan mereka dari normal. Akibat dari stress, banyak penderita
mengalami periode singkat dimana terjadi gejala-gejala abdominal ringan,
sementara pada penderita lain mungkin nyeri dan melemahkan. Reaksi terhadap
stress pada penderita IBS harus diperkirakan derajatnya dari pada macamnya.
Pada sebagian kecil penderita, IBS memiliki penyakit yang mendasarinya.
2.3 MANIFESTASI
KLINIS
Seringkali
tidak ada tetapi ada nyeri tekan diatas
kolon, teraba kolon yang spastic dan massa feses dalam kolon. Gejala-gejala
nyeri pada bagian abdomen dan perubahan dalam kebiasaan buang air besar dapat
dihubungkan dengan kelainan tonus otot dinding usus.
Nyeri
abdomen dengan derajat penyakit memiliki spectrum yang luas. Eksaserbasi dan
remisi khas, biasanya sukar untuk lokalisasi, sering mengenai daerah fosa
iliaka dan hipogastrium kiri. Digamabarakan sebagai suatu keluhan mencekam
(gripping), kejang (cramping), panas dan berdenyut. Rasa distensi atau penuh
sering kali dirasakan setelah makan – walapun nyeri IBS kurang berhubungan
dengan makanan dan kadang mengganggu tidur. Eksraserbasi akan terjadi dengan
adanya stress, penyakit, diet, dan pramenstruasi;gejala lain berhubungan dengan
kerja usus yang tidak teratur dari diare sampai konstipasi dan dengan perubahan
diantara kedunya, tetapi biasanya salah satu lebih menonjol dibandingkan dengan
yang lainya.sering terjadi pengeluaran mucus, bila ditemukan keluarnya darah
tidak boleh diperkirakan sebagai IBS.
Menurut Anonim, 2010. Ada beberapa
gejala yang pada umumnya menyertai irritable bowel syndrome. Diantaranya adalah
:
1.
Ketidak
normalan frekuensi defeksi
2.
Kelainan
bentuk feses
3.
Ketidaknormalan
proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia defekasi, atau rasa
defekasi tidak tuntas)
4.
Adanya
mucus atau lender
5.
Kembung
atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi
6.
Ditemukan
keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen bawah
7.
Sembelit
8.
Sering
buang angin
9.
Sendawa
10.
Konstipasi
2.4 PATOFISIOLOGI
Stres, diet, bakteri, kuman, jenis
makanan dan reaktifitas usus yang abnormal dapat menyebabkan IBS.Stres dapat
memicu gejala IBS. Ketika seseorang mendapatkan masalah yang menyita
pikirannya, maka hal ini dapat mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan
kekejangan pada usus. Kekejangan usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit
irritable bowel syndrome. Apalagi stress ini berkepanjangan.
Diet yang tidak benar juga dapat
memicu adanya IBS. Apabila pola makan seseorang itu sangat besar atau tidak
teratur apalagi keadaan pencernaannya bermasalah maka dapat menyebabkan
kram dan diare. Setelah itu dapat membuat seseorang itu terkena IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas
reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai
banyak hal diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres.
Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan
sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat
menyebabkan datangnya penyakit IBS ini. Jika seseorang alergi terhadap suatu
makanan tertentu, maka dapat menyebabkan gangguan usus dan menjadikan irritabel
bowel syndrome.Selain itu bakteri juga dapat memberikan efek tertentu
terhadap usus dan dapat menyebabkan IBS.
2.5
Pemeriksaan penunjang
2.5.1
Penyebab
mekanik dan obstruksi harus dilakukan dengan pemeriksaan rontgen kontras dan
endoskopi.
2.5.2
Kelainan
mukosa diperiksa dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa.
2.5.3
Jika
diare masalah utama, evaluasi malabsorbsi, dengan pemeriksaan kimia darah dan
gambaran hematologic harus dilakukan.
2.5.4
Kelainan
metabolic harus dicari dengan tes fungsi tiroid dan kimia darah.
2.5.5
Kelainan
vascular kolagen diperikssa dengan tes serologic
2.5.6
Pemeriksaan
spesifik untuk neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai dari anamnesis
dan pemeriksaaan fisik.
Jika pemeriksaan-pemeriksaan ini menunjukkan gangguan
motilitas, tentukan apakah gejala yang ada merupakan akibat komplikasi (missal
bakteri tumbuh lampau), dan identifikasi daerah yang terkena dengan pemeriksaan
pengosongan lambung, pemeriksaan motilitas usus halus, pemeriksaan motilitas
kolon, dan / atau pemeriksaan anorektal
2.6 PENATALAKSANAAN
Berikut adalah tindkan yang diperlukan
untuk merawat penderita IBS.
2.6.1
Pemberian pendidikan kesehatan.
Penjelasan mengenai kelainan dengan terinci akan mengembalikan rasa percaya
diri dan cukup bagi penderita untuk memutuskan lingkaran gejala ansietas.
Penentraman perlu diberikan kepada klien dengan IBS, sejumlah penderita mungkin
mendapat manfaat dari rujukan ke psikiatarik resmi dan atau psikoterapi.
2.6.2
Diet tinggi serat. Nasihat diet tentang
peningkatan masukan serat. Manipulasi diet sering dicoba oleh penderita dan
banyak makanan mungkin telah disingkirkan dari diet mereka. Umumnya diet tidak
boleh dibatasi dan dianjurkan pola makan yang santai. Pemberian jumlah serat
yang meningkat dalam diet (7 gram) atau sama denga 20 gram gandum mungkin
bermanfaat bagi penderita- dnegan konstipasi sebagai gejala yang menonjol.
Pengobatan untuk IBD biasanya mencakup tinggi protein,tinggi kalori, rendah
lemak, rendah serat dananti-inflamasi . (Speer, 1999)
2.6.3
Medikasi. Penggunaan obat pemberian
massa (bulking) intermiten. Bulking Agens (seperti koloid hidrofilik) bekerja
dengan cara yang sama seperti serat dan mengkin bermanfaat pada penderita
konstipasi. Laksatif stimulant tidak berperan dalam penanganan penderita,
karena tidak efektif dalam pengobatan. Obat antidiare (seperti loperamide)
mungkin berguna sebagai tindakan untuk menghindarkan ketidaknyamanan social.
Obat antispasmodic (seperti antikolinergik dan mebeverine) tidak diragukan
bermanfaat pada golongan penderita yang relative kecil, yang hany dapat
diketahui dari percobaan teraupetik. Pemberian antidepresan harus dibatasi pada
mereka yang diketahui menderita penyakit depresi, dimana sering sebagian besar
gejala-gejala IBS membaik. Sedatif, seperti benzodiazepine, tidak boleh
diberikan sebagai pengobatan jangka panjang.
2.7 Intervensi Terbaru :
Minyak peppermint: enterik dilapisi
peppermint telah kapsul telah diusulkan untuk IBS dalam gejala orang dewasa dan
anak-anak. Ada bukti yang baik dari efek yang menguntungkan dari kapsul dan
dianjurkan bahwa peppermint akan diujicobakan pada semua pasien sindrom iritasi
usus besar. Keselamatan selama kehamilan belum didirikan bagaimanapun dan
hati-hati diperlukan bukan untuk mengunyah atau memecahkan lapisan enterik
dinyatakan refluks gastroesophageal mungkin terjadi sebagai akibat dari
sfingter esofagus bawah relaksasi. Kadang-kadang mual dan perianal pembakaran
terjadi sebagai efek samping.
Iberogast: multi-herbal ekstrak
Iberogast ditemukan secara bermakna lebih unggul dengan plasebo baik melalui
skala nyeri perut dan skor gejala IBS setelah empat minggu pengobatan.
Hanya ada bukti terbatas untuk
efektivitas obat herbal lain untuk sindrom iritasi usus besar. Seperti semua
rempah-rempah adalah bijaksana untuk waspada terhadap interaksi obat mungkin
dan efek samping.
·
Kelemahan
Kadang-kadang mual dan perianal
pembakaran
·
Keungguan
2.8 WOC

BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1.1
Gastroinstetinal
1.
Sakit perut dan kram (penyakit Crohn)
2.
Kehilangan berat badan (penyakit Corhn)
3.
Distensi abdomen
4.
Anoreksia
5.
Diare (colitis ulseratif)
6.
Vomiting
7.
Tinja berdarah (kolitis ulseratif)
8.
Stomatitis
3.3.2
Muskuloskeletal
1.
Fatigue atau kelelahan
2.
Arthralgia (nyeri sendi)
3.
Arthritis
3.3.3
Endokrin
Perkembangan seksual sekunder
tertunda.
3.3.4
Hematologi
1.
Anemia.
3.3.5
Integumen
1.
Pucat
2.
Dehidrasi
3.
Lesi
3.2 DIAGNOSA
DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kecemasan (anak
dan orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
studi diagnostic, dan pengobatan yang diharapkan.
|
|
Kriteria Hasil :
Kecemasan anak dengan
orang tua berkurang dibuktikan dengan
mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, studi diagnostik, dan
pengobatan yang diharapkan.
· Kecemasan
anak ringan .
Laboraturium :
·
Tidak ada kelainan mekanis dan
obstruksi
.
·
Tidak ada kelainan mukosa
·
Tidak ada diare
·
Tidak ada kelainan metabolic
·
Tidak ada kelainan vascular.
|
Intervensi :
§ Menjelaskan
kepada orang tua dan anak (bila sesuai) tentang anatomi dasar dan fisiologi
dari atas dan bawah saluran GI, juga menjelaskan bagian makanan yang normal
melalui sistem GI, memberikan perhatian khusus terhadap aspek gizi dan fungsi
dari usus kecil dan besar. Gunakan alat bantu visual, bila tersedia, selama
penjelasan. Memahami fungsi normal sistem GI membantu orang tua dan anak
untuk lebih memahami fungsi abnormal yang terjadi pada penyakit inflamasi
usus. Alat bantu visual membantu meningkatkan retensi informasi.
§ Berikan
orang tua dan anak jadwal pemeriksaan diagnostik, seperti pemeriksaan
gastrointestinal atas yang memerlukan barium enema dan pemeriksaan endoskopi
gastrointestinal atas dan bawah, serta biopsi. Pengetahuan dapat menurunkan
kecemasan dan ketakutan.
§ Jelaskan
masing-masing jadwal pemeriksaan diagnostik untuk orang tua dan anak;
mencakup informasi tentang persiapan untuk uji diagnostik, berapa lama
pemeriksaan akan berlangsung, dn perawatan setelah pemeriksaan.
§ Memahami
tujuan dan prosedur untuk setiap pemeriksaan membantu mengurangi kecemasan
dan meningkatkan kerjasama anak, hal ini juga membantu para orang tua untuk
mendukung anak-anak mereka, sementara ia mempersiapkan dan menjalani tes dab untuk mengambil bagian dalam
mengasuh anak setelah uji diagnostic.
§ Mengajarakan
pentingnya orang tua memberikan diet tinggi protein, tinggi kalori, rendah
lemak, dan rendah serat untuk mempromosikan gizi maksimum yang dapat diabsorbsi. Diet semacam memastikan
bahwa anak menerima gizi yang cukup selama periode penyakit akut serta
penyembuhuan. Pola makan tinggi kalori, tinggi protein, dan rendah lemak
menggantikan nutrisi yang hilang melalui seringnya diare dan anoreksia. Sebuiah
diet rendah serat mengurangi iritasi usus, memungkinkan untuk penyembuhan.
§ Menjelaskan
kepada orang tua dan anak tentang tujuan, penggunaan, dosis, dan potensi efek
samping agen anti-inflamasi (sulfasalazine [Azulfidine], kortikosteroid).
Agen anti-inflamasi mungkin diperintahkan untuk membantu mengurangi
peradangan, sehingga memungkinkan usus untuk beristirahat. Mengajarakan orang
tua dan anak tentang regimen pengobatan untuk membantu meningkatkan kepatuhan
terhadap terapi dan monitoring terhadap reaksi merugikan.
§ Memberikan
informasi tentang perlunya operasi dan penempatan dari kantong kolostomi.
Jelaskan bahwa operasi diperlukan untuk menghapus daerah yang meradang dan
untuk menciptakan kolostomi untuk eliminasi normal. Jelaskan juga tujuan dan
tampilan kolostomi serta rincian penggunaan cairan IV dan pengendalian obat
nyeri. Informasi yang membantu orang tua dan anak untuk memahami dan lebih
baik tentu saja mengantisipasi potensi penyakit, mengurangi kecemasan mereka.
§ Mendorong
orang tua dan anak untuk mengespresikan perasaan mereka tentang perlunya
sebuah kolostomi. Ajak mereka untuk bertemu dengan orang tua dan anak-anak
lain dengan masalah yang sama. Karena sering kali kolostomi memiliki efek
pada citra tubuh , anak dan orang tua mungkin mengalami kesulitan berurusan
dengan perasaan mereka. Pertemuan orang lain yang memiliki masalah yang sama
dapat membantu untuk mengurangi kecemasan.
§ Mendorong
orang tua dan anak untuk bertanya tentang penyakit, tes diagnostik, atau
pengobatan; dan diharapkan selama sesi pengajaran untuk menuliskan pertanyan
lebih lanjut. Mengajukan pertanyaan selama sesi pengajaran memungkinkan untuk
tanggapan segera. Menuliskan pertanyaan yang terjadi memastikan perawat akan
kejelasan informasi terkait di kemudian hari.
§ Berikan minyak peppermint untuk mengunyah
atau memecahkan lapisan enterik dinyatakan refluks gastroesophageal mungkin
terjadi sebagai akibat dari sfingter esofagus bawah relaksasi
|
2.Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan penyerapan
|
|
Kriteria hasil :
Anak telah
meningkatkan status gizi, dibuktikan oleh peningkatan konsumsi dan penambahan
berat badan.
Status gizi :
IMT : normal
HB : 12,5 mmhg
BB : ideal
AIB : normal
Nafsu makan : baik
Kalori : 10 lg
|
Intervensi :
§ Menjaga
diet tinggi protein, tinggi kalori, rendah lemak, dan rendah serat. Ekstra
protein dan kalori protein dan membantu menggantikan darah yang hilang karena
ulserasi usus dan menggantikan darah
yang hilang karena ulserasi usus dan mengembalikan kalori yang hilang karena
diare. Diet rendah lemak dan rendah serat mengurangi iritasi usus yang dapat
menyebabakan diare.
§ Rencanakan
diet gizi melalui metode altrnatif (seperti tinggi protein, tinggi
karbohidrat, tinggi vitamin diet cairan: jangka pendek ; perifer nutrisi
parenteral total (TPN) selama 1 hingga
2 minggu, atau jangka panjang, garis tengah (TPN) trapi) selama periode
aksaserbasi. Selama penyakit akut, anak mungkin memerlukan metode makan
alternative untuk menjamin gizi yang memadai. Diet cairan oral menggantikan
kehilangan nutrisi anak sementara
asupan oral terbatas. Anak mungkin
memerlukan TPN jangka panjang jika dia telah kronis diare, kehilangan cairan
atau ketidakseimbangan terhadap perubahan konsistensi tinja, melena, sakit
perut, kambung, mual dan muntah, dan demam. Monitor nilai laboratorium
(hitung darah lengkap dan elektrolit, urea nitrogen darah dan kadar glukosa),
melaporkan perubahan apapun dengan segera; temuan ini mungkin sinyal infeksi,
gangguan GI, atau ketidakseimbangan elektrolit.
§ Berkonsultasi
dengan ahli gizi rumah sakit saat merencanakan makanan anak, dan melayani
beberapa makanan kesukaannya anak jika diperbolehkan. Berkonsultasi dengan
ahli diet memastikan bahwa anak menerima makanan cukup dan seimbang. Melayani
beberapa makanan kesukaan anak akan membantu memastikan bahwa ia makan
sebagian besar dari makanan.
|
3.Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan penyakit, penggunaan obat-obatan, dan perlunya
kolostomi.
|
|
Kriteria Hasil :
Anak menunjukan citra
tubuh yang positif, dibuktikan dengan menunjukan perawatan diri, seperti
kebersihan dan perawatan pribadi, dan mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan
kolostomi.
|
Intervensi :
§ Anjurkan
anak dan orang tua untuk melaporkan reaksi merugikan terapi
kortikosteroid-seperti jerawat, perubahan berat badan dan suasana
hati-segera. Jerawat dan perubahan berat badan dapat menghancurkan anak,
terutama remaja dan suasana hati dapat menakutkan. Pelaporan reaksi merugikan
ini ke dokter memungkinkan untuk segera dilakukan pengobatan mengurangi
dampak fisik dan emosional.
§ Menyiapkan
anak untuk kemungkinan opersi kolostomi dan kebutuhan kolostomi. Merujuk anak
dan orang tua untuk sebuah kelompok pendukung ostomi lokal untuk konseling
berkelanjutan, jika diperlukan. (Lihat kolostomi dan ileostomi), karena
kebutuhan untuk kolostomi mungkin memiliki efek psikologis, sehingga orang
tua dan anak-anak memerlukan pendidikan, kesabaran, dukungan, dan waktu untuk
meneriama kondisi. Kelompok ostomi lokal memberikan dukungan dan pengetahuan
tentang cara-cara untuk berurusan dengan efek gambaran tubuh yang berubah.
§ Dorongan
anak untuk berpartisipasi secara teratur dalam suatu program latihan,
olahraga, atau hobi dengan anak-anak lain seusianya; juga mendorong
partisispasi di sekolah, gereja, dan kegiatan di masyarakat. Kegiatan
tersebut membantu mengalihkan perhatian anak dari penyakit dan membantu
menurunkan mengubah citra tubuhnya. Minat dan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan dengan anak-anak lain membantu anak untuk mempertahankan
citra diri yang sehat dan gaya hidup.
|
4.Defisit
pengetahuan berhubungan dengan perawatan rumah
|
|
Kriteria hasil :
Orang tuan dan anak
mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah dan
mendemonstrasikan prosedur perawatan di rumah.
|
Intervensi :
§ Ajarkan orang tua dan anak mengenai tujuan
dan pentingnya perawatan kolostomi yang tepat, termasuk menjaga dan
membersihkan kantong-kantong kolostomi, menggunakan solusi irigasi, dan
mempertahankan kulit (lihat bagian ‘’kolostomi). Orang tau dan anak harus
tahu bagaimana mearawat kolostomi untuk mencegah kerusakan kulit dan infeksi,
serta untuk memastikan fungsi usus.
§ Jelaskan
pentingnya mempertahankan diet yang tinggi protein, tinggi kalori, rendah
lemak, dan rendah serat. Ekstra kalori dan protein membantu untuk melengkapi
nutrisi yang hilang melalui saluran pencernaan. Tingkat penurunan lemak dan
serat dalam diet membantu mengendalikan diare.
§ Keluarga
memberikan petunjuk yang mereka bisa berikan kepada anak, guru, perawat
sekolah, dan setiap orang lain yang mungkin peduli pada anak, karena mereka
memerlukan informasi mengenai perawatan yang mungkin diperlukan anak.
|
BAB
4
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Irrtable
Bowel Syndrome (IBS) adalah : istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, ditandai oleh peradangan kronis usus.
Pada kolitis ulseratif, mukosaa, submukosa, usus terpengaruh; sedangkan pada
penyakit Crohn, seluruh saluran pencernaan terlibat. Penyakit Crohn biasanya
lebih parah dan tidak berespon dengan baik terhadap pengobatan, hal ini lebih
cenderung terjadi pada anak-anak usia sekolah dan remaja disbanding pada bayi
atau anak.
Diet yang tidak benar juga dapat
memicu adanya IBS. Apabila pola makan seseorang itu sangat besar atau tidak
teratur apalagi keadaan pencernaannya bermasalah maka dapat menyebabkan
kram dan diare. Setelah itu dapat membuat seseorang itu terkena IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas
reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus ini dapat disebabkan oleh berbagai
banyak hal diantaranya : asupan makanan yang masuk, mikroorganisme dan stres.
Ketidaknormalan gerakan usus ini apabila terlalu lambat akan menyebabkan
sembelit, dan jika terlalu cepat akan menyebabkan diare.
4.2
SARAN
4.2.1 Seorang perawat hendaknya memberikan
suatu health education kepada masyarakat agar IBS dapat terminimalisir.
4.2.2 Masyarakat hendaknya berperilaku
hidup sehat sehingga memungkinkan penyakit-penyakit khususnya diare bisa
dihindari dan masyarakat dihimbau untuk mengerti terhadap bahaya penyakit
khususnya penyakit IBS.
DAFTAR
PUSTAKA
Sodikin.
Asuhan keperawatan anak (gangguan system
gastrointestinal dan hipatobilier), Salemba Madika. Jakarta 2011.