Hati Yang Selalu Tersakiti
***
****
Disusun Oleh:
Husnul Afifa
“maluku”
Inginku
berjalan di atas puing-puing cinta yang pernah engkau berikan kepadaku, tapi apakah engkau sanggup untuk menatap mataku disaat aku lagi butuh teman untuk curhat. Saat aku mulai mencintai
dan menyayangimu malah engkau membuat
hati ini jadi terbakar seperti api yang tidak bisa dipadamkan oleh siapapun.
Setiap saat aku selalu merenungi dengan segala kesalahanku, mungkin ada
kesalahan yang pernah aku
lakukan terhadapmu, sehingga engkau tidak pernah menghargai perasaan yang
begitu tulus yang aku berikan
kepadamu, apabila aku
pernah melakukan sedikit kesalahan terhadapmu, maka katakanlah kepadaku dan
jangan biarkan aku malah bertambah bingung dengan perasaan ini.
Seandainya
engkau pernah memikirkan tentang perasaanku yang begitu tulus, mungkin engkau
tidak akan melakukan suatu hal yang membuat hati ini jadi sakit, dan aku pikir
itu sudah pasti. Tetapi, bagaimana dengan perasaan seseorang apabila kita
sering memperlakukan dengan hal-hal yang tidak baik. Apakah orang itu tidak sakit hati, ketika orang itu telah mengambil semuanya darimu bahkan
harta yang engkau miliki pun diambil olehnya, aku rasa semua orang pasti akan
merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan pada saat ini. Batin ini selalu tersiksa dengan perasaanmu yang tidak
karuan padaku. Sampai kapankah aku menanggung penderitaan yang sangat pahit ini, dan
kapankah penderitaan ini akan berakhir, kapankah aku merasakan suasana ini
menjadi tenang.
Aku selalu bersabar dan
bersabar untuk menghadapi setiap
masalah yang menghampiriku. Ingin aku katakan kepada semua orang tentang bagaimana
bentuk permasalahan yang aku hadapi, apakah dengan aku mengatakan kesemua orang masalah
ini hatiku akan bisa lebih
tenang, aku rasa ini hal yang sangat aneh kawan-kawan.
Baru kali ini aku benar-benar merasakan bagaimana sih…. menjalin sebuah
tali percintaan itu untuk lebih serius, ternyata sekarang aku merasakan betapa
sakitnya perasaan ini. Detik demi detik kaki ini melangkah kearah pintu
rumahnya. Namun, entah mengapa aku merasakan bahwa hari ini aku akan berpisah
dengan dirinya. Kenapa hidup di dunia ini harus ada kata perpisahan, pada hal
kehidupan ini sangat indah apabila tidak ada yang namanya kata perisahan.
Baru kali ini aku juga merasakan kepahitan dalam menjalin
suatu hubungan yang lebih serius, ternyata tidak seperti yang aku bayangkan
dulu. Dulu aku membayangkan, kalau
waktunya tiba aku ingin menjalin suatu hubungan yang lebih serius dan
harmonis. Ingin aku mencari solusinya bagaimana masalah
ini supaya cepat terselesaikan, karena aku juga sangat sayang sama dirimu,
bahkan aku punya niat untuk membuatm u selalu hidup bahagia denganku. Namun, niatan
itu ternyata sia-sia, bahkan ketika kita duduk berdua pun engkau sering mengatakan hal-hal yang sangat aneh engkau
ucapkan kepadaku, seperti “kalau
memang kita jodoh kita pasti akan
ketemu kok”, kata-kata seperti inilah yang tidak mau aku dengar dari
siapapun yang mengucapnya. Jodoh itu memang Allah yang mengaturnya, dan ini
perlu digaris bawahi oleh kita semua “maksud dan tujuannya itu adalah apabila
salah satu di antara kita telah
mendapatkan seseorang yang benar-benar kita menggapnya baik dan serasih dalam hidup
kita maka ikatlah dia melalui tali
perkawinan, dan kita harus
berusaha dan berdoa kepada Allah
supaya kita mendapatkan keluarga yang bahagia.
Kadang
teman-temanku sering bilang bahwa “kita
sebagai laki-laki tidak boleh cengeng dan masih banyak wanita yang lebih baik
dari dia, kenapa kamu
harus kaya gini. Kamu harus bangkit apalagi kamu itu seorang laki-laki yang
baik dan penuh dengan kesabaran dalam menghadapi setiap permasalahan, dan
lawanlah semua perasaan itu dan aku yakin kamu pasti bisa kawan”. Tetapi bagaimana dengan perasaan ini? sedangkan aku
sangat menyayangi dia, dan seandainya aku berpisah sama dia, apakah aku
mampu untuk menerima semua kenyataan yang sangat pahit ini. Bagiku, aku tidak sanggup untuk menerimanya. Memang
kenyataan ini sangat pahit bagiku, karena hatiku selalu disakiti sama dia, tapi
aku selalu bertahan dan bersabar untuk menghadapinya, mungkin ini sebuah cobaan
dari Allah yang diberikan kepadaku, sekaligus untuk menguji sampai di manakah
rasa keimananku. Hhhhheemmm…… hati
ini memang terasa sakit bahkan getarannya pun akan terasa di dalam jiwaku, bagaikan terombang ambing di atas lautan yang penuh dengan
keguncangan.
Kenapa
semua ini bisa terjadi padaku, dan kenapa dari awal engkau tidak jujur atas
semua ini, kenapa disaat aku menutup pintu hatiku untuk orang lain engkau malah
membiarkan aku seperti binatang jalan, kemana harusku bawa semua penderitaan
yang aku rasakan yang tiada henti-hentinya, kenapa semua ini bisa
terjadi. Untuk apa kita menjalin sebuah hubungan kalau
memang akhirnya kaya begini, bahkan aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika aku
mengantarkan dirimu ke rumah calon suamimu, sekarang hatiku sangat tersiksa
oleh janji-janji palsu yang pernah kau ucapkan kepadaku, tak bisa kubayangkan betapa pedihnya perasaan ini.
Memang
hidup ini tidak bisa kita melawan dengan hal-hal kekerasan, andai saja aku bisa
melawan hidup ini dengan kekerasan, maka tak akan ku biarkan hal ini terjadi kepada dirimu. Untuk apa bersumpah dengan kata-kata yang penuh dengan
kebohongan, pada hal engkau tahu
apa yang harus engkau
lakukan, dan kenapa aku harus menjadi korbannya, kenapa bukan
orang lain saja yang kan menjadi korbannya, haruskah aku menanggung semua rasa sakit ini. Awalnya
aku tak yakin dengan apa yang terjadi pada dirimu, aku kira apa yang engkau
katakan itu cuma main-main saja. Namun, setelah engkau menjelaskan semuanya kepadaku, jiwa ini langsung terasa lemas dan tak berdaya lagi. Apa lagi di tambah
dengan rasa sedih yang tak ada bandingannya. Ya Allah,
kenapa semuanya harus terjadi, berikanlah ketabahan dalam dirinya untuk
menjalani sebuah kehidupan baru bersama laki-laki yang ia pilih ya Allah, aku
selalu mendoakan atas kepergianmu semoga engkau diberikan
taufik dan hidayah dalam membangun sebuah kehidupan baru bersama suamimu, walaupun aku tidak bisa memilikimu, namun cintamu selalu aku bawa kemanapun aku pergi, meskipun hati ini sulit untuk melupakanmu.
Aku sangat terharu melihat kepergianmu, ingin aku teriak sekencang-kencangnya. Namun, aku pikir percuma aku teriak sedangkan orang yang paling aku cintai sudah menjadi milik orang lain. Mungkin ini sudah
saatnya kita menjalani hidup kita masing-masing, meskipun aku sulit untuk melupakan kenangan-kenangan yang pernah kita
lalui bersama. Namun, aku tetap berusaha untuk melupakan semuanya, dan
kenapa hati ini selalu saja kau
sakiti, apa sebenarnya salah ku sehingga aku
menanggung semua penderitaan yang engkau berikan kepadaku. Aku benar-benar
tidak sanggup untuk melawan semua rasa sakit ini. Semua orang yang bilang sama aku, kenapa kamu harus menangisi dengan orang yang tidak
perduli dengan perasaanmu, dan seharusnya kamu itu tahu diri bahwa orang yang kamu
cintai itu sudah menjadi milik orang lain dan tak mungkin dia kembali lagi dalam pelukanmu. Coba kamu
pikirkan dengan apa yang telah terjadi. Hm,,,,,hm..... mungkin bagi orang lain
mudah untuk melupakannya. Tapi hatiku sangat sulit untuk melupakan
kenangan-kenangan yang pernah aku lalui bersamamu.
Selamat
jalan dan selamat menempuh hidup baru semoga engkau selalu bahagia bersama
laki-laki yang engkau pilih. Laksana cahaya, kehadiran agama di muka bumi tak
lain dan tak bukan untuk menjadi penerang manusia dalam “Titian Ilahi”
jalan kehidupan. Jalan
kehidupan itu sendiri sebuah hutan lebat, lagi gelap gulita yang penuh dengan
jebakan-jebakan. Karenanya, berjalan tanpa cahaya hampir bisa dipastikan
manusia akan jatuh terperosok dalam sebuah kegelapan. Agama disimbolkan sebagai yang suci, mengajak
manusia berjalan menuju yang suci pula, agama senantiasa mensuci kan manusia. Bukan lantaran manusia sebelumnya, belum suci. Justru agama berusaha untuk terus
mempertahankan kesucian manusia dan selalu mengingatkan manusia akan kesucian
dirinya.
Tujuan
dari agama diantaranya adalah mensucikan jiwa dan membersihkan hati. Lahirnya
jiwa yang setia dan taat menimbulkan perasaan mengagungkan tuntunan dan menetapkan
kebaikan di muka bumi ini atas dasar kenal lagi erat, yaitu mempererat hubungan
manusia dengan Tuhan yang mengetahui segala rahasia hatinya. “sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang
mengotorinya. (QS. As-Samsy, 91 ayat. 9-10)”. Apapun yang dapat kita
lakukan oleh orang yang saling bermusuhan atau saling
membenci, maka pikiran yang diarahkan secara salah akan melukai seseorang lebih besar.
Kekosongan tidak berpegang pada substansi dan khayalan adalah sebuah
embun yang telah hilang ketika matahari terbit.
Ia
pergi sambil menutup mata. Kehidupan yang didasari prinsip keadilan beberapapun
harganya bukan karena suatu kehidupan yang dijalani dengan baik, tidak adanya
manfaat untuk memecahkan masalah, justru peperangan telah menjadi bencana baik
bagi yang kalah maupun yang menang. Bahkan semakin jelas dalam perang dunia
modern, apabila telah berkecamuk tidak akan ada yang kalah dan menang, tapi
yang akan terjadi adalah lenyapnya peradaban dan tertundanya jarum jam kemajuan
yang untuk ini manusia telah menumpahkan banyak keringat, air mata dan darah
yang selalu berlinang di atas pipi yang tak berwarna lagi.
Cinta
yang menghilangkan segala kerisauan dan kegundahan diri yang selalu menghantui.
Dalam cinta ini tak lagi penting, siapa diri kita sebenarnya. Karena semua
konsentrasi hanya terfokus untuk melihat Tuhan. Tak ada lagi rasa kerisauan apakah diri kita akan masuk neraka atau surga. Bahkan
itu juga belum tentu kita dapatkan semuanya, Karena yang ada hanyalah keinginan untuk terus maju
tuhan-Nya. Inilah tawuran cinta yang menggetarkan itu, cinta semerbak, yang
wanginya menusuk ke dalam reluang hati orang-hari orang barat. Namun, cinta yang sesungguhnya
adalah ma nifestasi ajaran islam murni.
Dalam cinta ada kerinduan, dan penyebutan atas nama yang dirinduinya merupakan
salah satu ekspresi memuaskan rasa rindu itu. Seperti inilah yang dinamakan
cinta sejati, bukan karena kita mengharapkan sesuatu yang bisa memuaskan hawa nafsu kita, cinta yang seperti inilah yang
dilarang sama Allah.
Telahku tinggalkan rasa
cemburu di sudut kamar gelap, telahku hanyutkan rasa duka ini pada sungai kecil yang mengalir dari mataku, telah
kukabarkan lewat angin gerimis tentang segala catatan hatiku, yang terhampar ditiap
jengkal sajadah dalam tahajut dan sudut panjangku. Saat cinta berpaling dariku,
jika kau kira dengan sebelah sayap aku akan terkoyak, maka camkanlah dengan
sebelah sayap itu, akanku jelajah gunung bahkan ombak-ombak samudra dan
gemintang diangkasa. Aku harus menjaga otakku agar tetap sehat, waras, sebab
dibutuhkan untuk mengatur strategi agar bisa keluar dari situasi buruk ini.
Mengingat dan mengenang
masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan
tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan
tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Tepat ketika aku berjuang
melawan rasa sakit karena melahirkan, bahkan aku sempat berpikir, barangkali
sebaiknya aku mati saja. Dengan begitu selesailah semua penderitaan yang
kurasakan. “Momen kecil yang meninggalkan
jejak” jejak kecil yang kau tinggalkan, melemparkanku pada keajaiban penuh
dengan makna dan dengan segala cinta yang ku punya, kubiarkan angan kita
mengembara.
Tahukah cinta betapa cantiknya
engkau dan berseri-serinya, wajahmu pada malam itu? saat kau minta maaf padaku.
Telah tiba saatnya untuk pergi maka berhati-hatilah dan waspadailah segala,
jangan terlena dengan hari ini atau hari esok, betapa banyak orang terlena dan
jatuh dalam bahaya, semata-mata karena kita tidak kontrol dengan apa yang kita
kerjakan semasih kita hidup.
Di
kesepian malam aku sendiri, pikiran menerawang menjelajah angkasa, Ingin
rasanya kubuka semua tabir gelap. Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan
beserta gemerlapnya selaksa bintang.. Semilir angin berhembus perlahan-lahan,,
seolah-olah tak ingin mengusikku dari lamunan yang selalui menghantuiku.
Pucuk-pucuk daun menari penuh dengan kemesraan, seakan-akan tiada bosan untuk
selalu menghibur semua gundah dan keresahan hatiku. Ketika malam semakin larut,
Aku sadari akan kesendirianku, semuanya memang penuh ketidakpastian Kecuali….
Bisa kunikmati sisa hidup ini dengan
cinta dan kasih sayang yang pernah engkau berikan padaku. Di mana semuanya
serba tulus dan di mana semuanya serba ikhlas, di mana semuanya penuh kerelaan
tanpa pamrih dan pengharapan.
Andai
saja ada kehidupan yang akan datang “aku
ingin berubah menjadi tanaman bunga”
yang tiap hari engkau siram. Tanaman bunga bukanlah selalu ada di depan
rumahmu, tidak akan berubah menjadi rerumputan yang selalu diinjak oleh setiap
orang. Adik jika engkau ingin bertemu dengan aku, keluarlah di halaman rumahmu
dan siramlah bunga-bunga yang ada dalam tanamanmu, karena pada saat engkau
siram bunga-bunga itu, maka bunga yang
akan mulai layu pun akan kembali segar. Jika benar ada kehidupan yang akan
datang, aku berharap dapat sama seperti tanaman bunga yang ada ditepi rumahmu,
senantiasa di tempat yang sama, tidak ingin berpisah dengan siapa pun….!!!!!!!
Hati
ini benar-benar aneh, kenapa sampai sekarang aku belum bisa melupakanmu, ingin
sekali aku melupakan dirimu. Tapi aku tidak mampu untuk membuang semua perasaan
ini. Wajahmu selalu terbayang ke mana pun aku pergi, dan bahkan ketika aku
masuk di dalam kamarku, dirimu seakan-akan ada di tiap sudut kamarku. Kini
engkau sudah memasuki sebuah kehidupan yang baru, aku selalu menangis ketika
aku melihat engkau yang lagi bersedih, buatlah dirimu semangat dalam menjalani
sebuah proses kehidupan yang baru.
Aku
ingin menyampaikan sedikit nasehat terhadapmu, karena sesuai dengan ajaran
islam dalam menjalani proses kehidupan dalam berumah tangga itu sangat sulit
untuk kita laksanakan. Oleh sebab itu aku ingin engkau selalu bersabar dalam
menghadapi kehidupan ini, aku ingin dirimu rajin-rajinlah melaksanakan salat dan berdoalah kepada Allah supaya
engkau diberikan keselamatan dalam dunia dan akhirat. Seperti yang diuraikan
oleh rasulullah SAW, yang artinya “Sampaikanlah
kepada kaum wanita yang anda jumpai bahwa ketaatan istri terhadap suami dan mau
mengakui haknya adalah sebanding dengan
(jihad) itu, tetapi sedikit sekali kaum wanita yang mau melakukannya”. Allah
tidak sudi memandang wanita yang tidak mensyukuri suaminya, pada hal ia selalu
membutuhkannya.
Janganlah
engkau menampakkan perhiasanmu, kecuali kepada suami suamimu, atau kepada
ayahmu, atau ayah suamimu, atau putra-putramu dll. Wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang engkau miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadapa wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. (An-Nuur:31).
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha
mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah meraka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya.” (Al-Ahzab: 32).
“Wahai Adikku. Kini kau meninggalkan tempat kau dilahirkan, kau
meninggalkan hidup, tempat engkau ditempa. Kalau saja seorang wanita boleh
tidak membutuhkan seorang suami dikarenakan kedua orang tuanya kaya dan kedua
orang tuanya amat membutuhkannya, niscaya aku adalah orang yang paling tidak
membuthkannya. Namun, wanita diciptakan untuk pria. Demikian pula, pria
diciptakan untuk wanita.”
Artinya, wahai Adikku, kini kau telah meninggalkan udara tempat engkau
dilahirkan. Kau meninggalkan hidup, tempat engkau dibesarkan, menuju hutan
belantara yang asing yakni, keluarga yang tak kau kenal. Di sini, kau bertugas
mengawasi miliknya. Untuk itu, jadilah kau orang yang memegang amanah, sehingga
suamimu akan menjadi hamba yang baik. Simpanlah sepuluh hak yang menjadi
rahasianya.
Pertama, dan kedua, adalah tunduk kepadanya dengan cara qana’ah. Mendengar dan taat baik-baik.
Ketiga, dan keempat, jagalah pandangan mata dan penciuman hidungnya, sehingga ia tidak akan
pernah memandangmu disaat engkau dalam keadaan tidak enak dipandang. Demikian
pula, ia harus mencium hanya aroma sedap saja dari dirimu.
Kelima, dan keenam, jagalah jam tidur dan jam makan suamimu. Sebab, rasa
lapar dan ngantuk bisa membuatnya marah.
Ketujuh, dan kedelapan, jagalah harta bendannya dan lindungilah
keluarganya. Yang pertama, dengan cara membuat perhitungan yang tepat bagi
kebutuhan yang ada. Sedangkan untuk yang kedua, dengan cara mengatur secara
baik.
Kesembilan, dan kesepuluh, janganlah melanggar perintahnya. Janganlah
menyebarluaskan rahasianya. Sebab, jika melanggar perintahnya, berarti anda
menyakiti hatinya, sedangkan jika menyebarluaskan rahasianya yang semestinya
dijaga, berarti anda tidak berlaku amanah. Kemudian janganlah anda
bersenang-senang di saat suami sedang gundah gulana, sebaliknya, jangan nampak
murung di saat ia sedang berbahagia.
“Duhai
Adikku,
Kini kau memasuki hidup baru. Tak seorang pun juga; baik ibu, ayah
maupun saudaramu, bisa ikut campurtangan. Di sini, kau menjadi teman bagi
suamimu, yang tidak ingin dicampuri oleh orang lain, walaupun bagian dari
daging atau darahmu sendiri.
“Duhai adikku,
Jadilah kau sebagai istri sekaligus ibu dari suamimu. Buatlah ia merasa
bahwa kau adalah segalanya dalam hidup dan dunianya. Ingatlah selalu, bahwa
pria manapun juga, sedikit saja kata-kata manis bisa membahagiakannya.
Janganlah membuat ia merasa bahwa dengan menikah denganmu berarti ia telah
menghalagimu dari keluargamu. Perasaan semacam ini, dibencinya. Sebab, ia juga
meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya demi dirimu.
Namun, perbedaan antara dirimu dan dia adalah perbedaan antara pria dan wanita.
Wanita selalu merindukan keluarga dan rumahnya tempat ia dilahirkan, tumbuh
berkembang, dewasa dan belajar, tetapi harus membiaskan dirinya ke dalam kehidupan
baru ini. Engkau harus menyusaikan kehidupanmu dengan seorang pria yang menjadi
suamimu, pelindung sekaligus ayah dari anak-anakmu. Inilah dunia barumu.
“Duhai
Adikku,
Inilah masa kini dan masa depanmu, itulah keluargamu yang engkau bangun
bersama suamimu. Aku tak memintamu untuk melupakan ayah, ibu dan saudaramu,
karena selamanya mereka takkan melupakanmu. Sebab, bagaimana mungkin seorang
ibu yang melahirkanmu, akan melupakan belahan jiwanya. Namun, yang kupinta, kau
haruslah mencintai suamimu. Hidup dan berbahagialah bersamanya.
“Ya Allah berilah mereka rezeki
karena aku, dan berilah aku rezeki karena meraka. Berilah aku cinta dan kasih
meraka, dan berilah meraka cinta dan kasihku. Buatlah kami saling menyintai.”
Aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepadamu, karena selama ini
kau telah memberikan sedikit kebahagianmu kepadaku, meskipun akhirnya kita
saling berpisah. Aku harap kau bisa menerima apa yang aku tulis ini dan
sekaligus ini akan menjadi rahasia dalam kehidupanmu. Ku goreskan pena ini
dengan mencucurkan air mata sebagai pertanda bahwa cinta suciku kapadamu akan
selalu terkenang kemanapun aku pergi, karena bagiku kau adalah segala-galanya
untukku.
By
“Husnul Afifa”
“Maluku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar